Halaman:Aspek-aspek arkeologi Indonesia No. 7.pdf/10

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

KERAMIK ASING

Di Museum Pusat Jakarta, terdapat banyak keramik asing yang sudah pernah diteliti oleh Orsoy de Flines (1949 dan 1974) dan Abu Ridho (1977 ). Bahkan ada juga keramik dari masa Han, ialah dari abad-abad pertama Tarekh Masehi. Keramik asing yang berasal dari Cina, Muang Thai, dan Vietnam telah ditemukan di seluruh Indonesia. Keramik asing itu kebetulan banyak ditemukan di pulau-pulau yang menghasilkan barang ekspor yang dahulu dan sekarang misalnya : kemenyan dan kapur barus di Sumatra Utara, merica di Lampung, emas di Sumatra tengah dan Barat, rempah-rempah di Maluku, cendana dan kayu-kayuan lain di pulau-pulau di sebelah timur Bali dan Sulawesi. Harus dicatat bahwa kebanyakan benda itu belum diketahui tempat penemuan yang asli sehingga tak dapat dipakai untuk penentuan waktunya keramik pada hubungan dagang dengan negara Cina.

Keramik asing mula-mula dipakai sebagai alat tukar-menukar atau sebagai hadiah untuk orang terkemuka. Baru berabad-abad kemudian benda-benda keramik asing itu dipergunakan sebagai alat rumah tangga, yang terdiri dari piring, mangkuk, bejana, pedupaan dan sebagainya. Barang itu termasuk barang yang lebih murah daripada apa yang dahulu diberikan sebagai alat tukar-menukar atau sebagai hadiah.

Pada beberapa tempat keramik asing dipakai untuk mengubur jenazah. Ini suatu kelaziman di Kalimantan di mana terdapat banyak kuburan ”martavan”, (tempayan besar 13). Martavan itu mula-mula dipakai untuk membuat tapai, karena itu namanya menjadi tempayan. Martavan itu dipakai juga sebagai wadah makanan atau air. Kemudian tempayan itu dipakai sebagai wadah jenazah, seperti pada masa prasejarah. Adat mengubur sisa-sisa manusia itu di dalam guci terdapat juga di Sulawesi Selatan, tetapi hanya untuk orang-orang terkemuka. Lagipula yang dimasukkan adalah abunya, karena sebelum Islam masuk pada awal abad ke 17 masih ada pembakaran jenazah raja-raja, sedangkan rakyat biasa dikubur dan jenazahnya diberi bekal kubur seperti ternyata di penggalian di Takalar.

Di Jawa ada pemakaian khusus dari porselen impor. Tegel porselen dimasukkan pada dinding sebagai dekorasi di Majapahit seperti yang ditemukan di Trowulan (lihat Abu Ridho)14). Pada dinding mesjid kuno di Demak ada juga tegel porselen yang berasal dari Annam. Di Cirebon, piring-piring porselen dimasukkan pada dinding beberapa bangunan pada keraton Kasepuhan dan Kanoman.

Pada dinding candi Induk Penataran di Blitar, Jawa Timur ada hiasan (pahatan batu) ceplokan berisi pola-pola hiasan, kebanyakan binatang. Hiasan yang demikian mungkin dibuat di bawah pengaruh kebiasaan memasuk-

6