berhiasan pola-pola yang biasanya terdapat pada benda-benda perunggu, maka waktu pembuatannya diperkirakan jatuh pada masa ketika sudah ada perunggu dan besi, meskipun di antara benda-benda itu masih ada beberapa kapak batu dari masa Neolitik. Sebuah alat pengantih menjadi bukti bahwa pada masa itu orang sudah dapat menenun. Di antara sisa-sisa manusia terdapat banyak tengkorak, inilah suatu bukti bahwa pada tempat itu dilakukan penguburan sekunder juga.
MASA SEJARAH
Keramik lokal masih dibuat dan dipakai ketika sudah ada keramik asing yang masuk di Indonesia, meskipun masih dalam jumlah yang kecil.
Pada relief-relief abad ke 9 di Jawa Tengah, seperti misalnya di Candi Borobudur dan Prambanan, keramik lokal nampak dipakai sebagai wadah makanan. Pada sebuah adegan yang termashur di salah satu relief Candi Borobudur, nampak beberapa orang wanita yang sedang mengambil air dari kolam. Di atas kepala mereka membawa periuk bulat yang kecil. Pada adegan yang lain Sujata membawa susu di dalam sebuah periuk bundar kepada Sang Buddha Gautama sebelum ia mencapai Nirwana. Ada pula sebuah adegan yang memperlihatkan tumpukan periuk-periuk di dalam semacam gudang dan sebuah adegan lain menggambarkan sebuah tempat pembuatan periuk (bengkel) dari tanah liat, tanpa roda, melainkan pakai tangan dan kayu (Bernet Kempers, 1977) 8
Pada penggalian di beberapa komplek candi muncullah juga periuk tembikar. Pada tempat yang tersuci pada komplek itu ada sebuah periuk tanah liat yang dikubur sebagai depot candi. Juga pada relief-relief di Jawa Timur nampak keramik lokal yang dipakai sebagai wadah air, (gentong). Di Trowulan, ialah situs ibu kota Majapahit abad ke 14 banyak periuk tanah liat yang masih terpendam di tanah. Pada suatu penggalian muncullah sebuah wadah tanpa dasar yang pernah menjadi bagian atas sebuah sumber air. Trowulan terkenal karena banyaknya arca dan hiasan terracotta dari masa Majapahit, yang dahulu dipakai sebagai hiasan rumah-rumah.
4