Halaman:Asmara Moerni.pdf/25

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Jang saja maksoedkan, tidak lain saja hendak toeroet dimana sadja kau akan pergi”.

„Tidak bisa djadi Tati. Pertama, kau poenja ema' tentoe tidak akan kasih idzin; kedoea, di Betawi soesah orang dapat tempat-tinggal djikalau tidak mempoenjai sanak-saudara”.

„Saja poenja ema' tentoe akan kasih idzin Amir, karena saja poenja bibi tinggal di Betawi, apa-lagi djikalau kau ada di sana djoega, tentoe ema' tidak akan koeatir lagi. Dan, seandainja ema' tidak mengidzinkan, saja toch akan pergi djoega toeroet kau, Amir. Djangan tinggalkan saja”.

Dengan oetjapkan perkata'an paling belakang itoe Tati mengeloearkan air-mata.

„Ini berat sekali”, kata Amir didalam hati.

Kemoedian Tati laloe menangis sehingga siapa jang melihatnja tentoe akan merasakan kasihan. Amir hiboerkan dengan pelahan-pelahan, pegang poendak Tati dan dengan soeara lembek idzinkan Tati dengan berkata : „Baiklah !”

Ternjata orang toea Tatipoen ta' ada keberatan, karena di Betawi mempoenjai saudara dimana Tati dapat mentjari tempat-tinggal dengan penilikan dan rawatan hampir ta' beda dengan di tempat ema'nja sendiri.

Pagi-pagi benar doea anak moeda ini berangkat pada waktoe lain orang beloem bangoen.

Dr. Pardi terkedjoet ketika melihat sepatoenja digosok oléh ma' Átjih, boekan sebagaimana biasanja, oléh Tati.

„Ma' Atjih, kenapakah ma' Atjih sendiri ini pagi menggosok sepatoe saja, dimanakah Tati ?”

23