„O, djangan dokter, masa dokter haroes toeroet mentjaboeti boeloe ajam”.
Nji R. Partiah mendengarkan ini pembitjara'an, dan sebagai tidak mengetahoei hal apa-apa ia minta kakaknja soeka masoek dalam roemah sebentar, atas perminta'an mana Dr. Pardi menoeroet.
„Pardi, idzinkanlah saja melahirkan sedikit pendapatan, meskipoen saja lebih moeda”.
„Tentoe, saja akan dengar”.
„Boekankah lebih baik djikalau seorang laki² jang terpeladjar ta' oesah mengatjaukan hati seorang gadis ? Oemoem disegala bangsa, ditingkatan manapoen djoega, kalau hati perempoean itoe lemah. Meskipoen Tati anak dari boedjang kita, tetapi kita anggap ia sebagai termasoek keloearga. Adalah mendjadi kewadjiban kita toeroet mendjaga akan keselamatan lahir dan batinnja”.
„Apakah saja berboeat sesoeatoe hal jang ta' lajak kepadanja ?”
„Tentang hal itoe saja ta dapat menetapkan. Hanja djikalau kau berboeat begitoe saja tidak dapat moefakat. Lain djika soeka sama soeka, boeat saja tidak ada halangan soeatoe apa”.
Dr. Pardi mendengarkan keterangan adiknja itoe dengan perasa'an heran, jang kemoedian laloe menganggoekkan kepala sebagai tanda menaroeh perhatian penoeh atas apa jang baroe dioetjapkan.
Sikap Dr. Pardi dibeberapa hari jang telah berdjalan, tidaklah menoendjoek bahwa ia sengadja akan mengatjaukan hatinja Tati. Hanja sedikit beda ia berboeat terhadap Nji R. Partiah dan Tati, mengingat perbeda-
16