Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/52

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kadang-kadang agak sakit, tapi dengan begini hutan kita memiliki harapan lagi, bukan? Oh ya, kudengar kalau kamu sudah dua hari ini terus bekerja, tidak makan ataupun beristirahat. Benarkah?" Nada suara Diah terdengar khawatir sekali. Atau cuma perasaan Randhi?

'Dua hari! Astaga! Waktu begitu cepat berlalu. Berapa lama lagi pamerannya? Arghhh, otakku serasa tidak berjalan,' lamun Randhi.

"Randhi? Randhi...!" panggil Diah. Randhi tersadar dari lamunannya.

"Ah, ya?" Jawab Randhi, suaranya terdengar seolah berada di tempat lain.

"Hah, sepertinya benar kamu sudah lama tidak beristirahat. Randhi, pameran memang sudah dekat, tinggal dua hari lagi. Tapi ingatlah, jangan terlalu memaksakan diri. Jika kamu tidak bisa hadir saat pameran karena sakit, bukankah semua sia-sia saja? Kamulah yang memegang komando untuk mendesak kelompok penebang. Jika pada hari H kamu sakit, bagaimana?"

"Betul juga. Tapi fotonya..."

"Itu tidak penting. Sekarang yang penting kesehatanmu. Jumlah foto tidak menentukan keberhasilan kita. Tapi kamulah kuncinya. Sekarang tidak ada bantahan lagi, makan dan tidur! Jaga kesehatanmu baik-baik. Besok kutelpon lagi, ya. Awas kalau ternyata kamu tidak istirahat," kata Diah. Suaranya terdengar seolah dia sedang tersenyum.

"Baiklah, Nyonya," kata Randhi setengah mengejek. Setelah itu mereka tertawa bersama.

Dua hari kemudian, Diah sedang memandang jauh ke luar jendela. Matanya menerawang jauh ke masa lalu, saat dia dan Randhi bermain bersama di hutan. Orang tua mereka dulu memang sering melarang mereka ke sana. Tapi, pasti ada saja akal mereka untuk menyelinap masuk hutan. Mereka bermain, meranjat pohon, memetik buah ataupun bunga dan lain-lain.

40