Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/50

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

melawan mereka, itu sama saja dengan masuk ke dalam perangkap mereka," balas Randhi lantang.

"Apa maksudmu?" Tanya warga kebingungan.

"Negatif yang mereka gunting bukanlah foto tanah tandus, tetapi foto-foto lamaku. Mereka bermaksud memprovokasi kita untuk menggunakan kekerasan. Dengan begitu, mereka bisa mengadukan kita ke pengadilan kota dan kita tidak bisa lagi memaksa mereka menandatangani surat perjanjian," jelas Randhi.

"Benarkah? Benarkah yang mereka gunting bukan negatif tanah tandus?"

"Ya. Aku masih bisa mengejar untuk mencuci semua foto itu sebelum pameran."

"Ah, syukurlah. Masih ada harapan." Salah seorang warga menghela napas lega.

"Bodoh benar kita, jatuh ke dalam perangkap seperti ini." Seorang warga menertawakan kebodohannya sendiri.

"Untung ada Randhi," warga yang menimpali.

Semua warga menghela napas lega dan bersyukur ada Randhi. Kalau saja bukan Randhi, mungkin tanah tandus mereka tidak akan pernah hijau lagi. Di pihak lain, William yang melihat hal itu, tidak tahan lagi. Ia tidak senang melihat rencana briliannya yang sebentar lagi akan berhasil digagalkan oleh Randhi. Ia merasa ia harus segera melenyapkan Randhi dari tanah ini. Diambilnya sebuah pisau tajam, dibidiknya ke arah Randhi dan dilemparnya. Diah yang melihat hal itu berlari, berusaha melindungi Randhi.

"Tidak!" Teriak Diah.

Setelah itu semua terasa seperti bergerak lambat sekali. Diah sampai tepat pada waktunya. Ia berhasil melindungi Randhi, Randhi tidak terluka sama sekali. Hanya saja bayarannya besar. Pisau itu mengenai tangan kiri Diah. Darah mengalir deras dari tangannya.

"Diah, Diah," panggil Randhi panik.

"Randhi, Kau tidak apa-apa?" Tanya Diah lirih.

38