Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/21

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

menerima piala walikota.

Sayang, prestasi itu tidak memuaskan Bagas sama sekali. Ya, ia dapat tercengar-cengir gembira, tetapi ia merindukan Evita dan semangatnya, Evita dan impiannya yang dikobarkan berkali-kali setiap saat. Evita yang tiba-tiba hanya menyunggingkan senyum sayup ketika berbicara dengannya, setelah sebelum-sebelumnya selalu tersenyum lebar, bahagia, dengan mata berbinar, ketika mereka mengobrol atau bahkan hanya berpapasan di koridor.

Tanpa mereka ketahui, Evita ada di bangku penonton. Tahu bahwa ia seharusnya ada di sana, dengan wajah tersenyum, dan selepas pertunjukkan ia ingin berkata pada bahwa singkong-singkong keju tersebut sudah siap santap dan mereka benar-benar akan mencari singkong keju yang lezat untuk dimakan bersarna-sama. Entahlah. Pikiran Evita terasa absurd. Di situlah tiba-tiba ia ingin menekan tombol rewind, yang dapat membuatnya kembali ke klub tari tanpa kehilangan setengah tahun. Ia akan tetap memiliki tiga jam istimewa bersama Bagas, plus jam-jam tambahan ketika akan tampil. Ia dapat menyelidik mata Bagas yang mendalam. Dan walau sesak hati, ia masih bisa berharap-harap yang selalu membuatnya sanggup tersenyum meski tahu sepertinya harapannya akan kandas suatu saat nanti.

Jika saat ketika meletakkan kembali surat perpanjangan keanggotaan klub tari boleh didatangkan tagi, ia akan mengambil surat itu, menandatanganinya, dan tanpa keraguan tetap menari walau nilainya anjlok terutama ketika klub tari sibuk mempersiapkan penampilan.

Evita memang jadi lebih banyak belajar dalam waktu enam bulan terakhir. Ia memperbaiki nilainya. la memperoleh ilmu baru yang selama ini berada jauh dari otaknya, Tetapi satu pelajaran yang lebih besar, ia menyadari kebodohannya tidak dapat mempertahankan impiannya hanya karena masalah cinta. Juga ia tahu sekarang, percuma saja fokus belajar tanpa teman seperti Bagas, yang istimewa,

9