Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/102

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

tentang Frankfurt.

"Kau mudah saja bicara begitu. Jangan matikan ponselmu lagi! Kau sering sekali begitu. Masuklah. Aku juga ingin langsung jalan-jalan."

"Baiklah. Hati-hati ya. Jangan lupa hubungi aku dan lindungi tasmu itu. Bisa saja ada tindakan kriminal nanti." Hye-ra memeluk Siey sebentar dan langsung berlari masuk ke area kampus. Siey pun juga tidak ingin buang-buang waktu. Ia sudah bersemangat. Ia akan langsung mencari pria itu.

***

"Aishh, bagaimana caranya menemukan orang itu!" Siey bergumam. Ia memutuskan untuk memasuki taman kota dan rehat sejenak dengan sekaleng kopi instan hangat, duduk dengan santai di sebuah ayunan, memperhatikan anak-anak yang sedang bermain setelah lelah berjalan tanpa arah. Kakinya, yang walau dibungkus sepatu sudah terasa seperti kelereng. Ia sama sekali tidak punya petunjuk lain selain wajah pria itu di otaknya dan ia lupa alamat rumah Pamannya yang ada di Frankfurt.

Siey merasa lebih baik. Hanya melihat anak-anak itu berteriak dan berlari. Ia selalu berpikir untuk memiliki seorang adik. Tapi kenyataannya, ia anak bungsu dengan satu orang kakak laki-laki yang sekalipun ia tidak tahu bagaimana rupanya. Menurut bunda, kakak laki-laki nya dulu hilang saat mereka berlibur ke Lombok. Saat itu, Siey berumur lima tahun. Ia tidak bisa mengingat memori dengan kakaknya itu. Padahal, sang ibu bilang, mereka sangat dekat.

"Astaga!" Siey buru-buru berdiri. Dari jauh, matanya menangkap sosok seorang anak perempuan, mungkin sekitar umur tiga tahun, yang di jahili oleh temannya. Anak itu terjatuh dan menangis. Sementara anak-anak lain meninggalkannya begitu saja.

90