Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/103

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

"Apa ini sakit?" Siey membantu anak itu berdiri. Dibersihkannya pakaian anak itu dari pasir-pasir yang menempel, sementara ia masih menangis.

"Omona, Yumi-yaa..! Gwencanha? (Astaga, Yumi! Kau baik-baik saja?)," ujar wanita itu khawatir dan menggendong anak yang ia panggil Yumi itu. Mencoba meredakan tangisnya. Dan satu hal yang Siey sadari, wanita itu berbahasa Korea.

"Danke schon. (Terimakasih.)," ujar wanita itu seraya tersenyum. Yumi pun sudah berhenti menangis dan menyembunyikan kepalanya di balik bahu ibunya. "Yumi, ucapkan terimakasih," seketika itu juga Yumi menghadap Siey. Wajahnya masih basah, walau ia sudah berhenti menangis.

"Danke," ujarnya dengan raut muka yang masih masam. Namun Siey mengerti, anak itu pasti terkejut dengan perlakuan teman-temannya. Siey tersenyum. Telapak tangannya bergerak membelai rambut Yumi. Merapikan rambut gadis kecil itu yang sedikit berantakan dan menghapus sisa air matanya yang sudah mulai mengering di pipinya.

"Hmm, mau kah Kau berkunjung?" Siey menatap ibu muda itu. Dalam pikirannya campur aduk. Ia bisa saja mengiyakan ajakan untuk berkunjung, tapi di sisi lain ia curiga juga. Siey selalu seperti ini jika bepergian ke luar negeri. Kewaspadaannya meningkat.

"Jangan salah paham! Aku hanya.. Err.. Ya Kau tahu?" Ibu itu salah tingkah. Tapi Siey menangkap apa yang ingin dikatakan ibu itu. Seperti acara minum teh kecil-kecilan karena telah menolong anaknya. Siey pernah mendengar bahwa penduduk Frankfurt selalu begitu, bahkan pendatang.

"Aku mengerti. Tapi, apa boleh? Maksudku, aku hanya turis di sini dan kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Bagaimana Anda bisa mengajakku untuk berkunjung?"

91