Halaman:Antologi Cerita Rakyat Sumatra Barat Kisah Tiga Saudara.pdf/43

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

 Kemarau panjang mulai menampakkan cengkeramannya. Tanah-tanah mulai rengkah. Tanaman banyak yang kekurangan air. Matahari semakin menjadi-jadi menjilati bumi. Kehidupan masyarakat mulai sulit, air mulai sulit didapatkan. Tanaman mulai sulit tumbuh. Siapa yang mengira kemarau panjang mulai memperlihatkan kegagahannya. Tak ada yang bisa menolak kedatangannya. Kehidupan menjadi terasa sulit karena tanaman tidak lagi tumbuh dengan subur. Begitupula dengan kehidupan Bujang dan ibunya. Mereka mulai mengalami kesulitan hidup. Mereka hanya bisa memakan makanan apa adanya saja. Kadang-kadang memakan layu-layu.

 Setiap hari Ibu Bujang menjemur nasi sisa hingga kering, menumbuknya, dan mencampurnya dengan kelapa parut dan gula aren. Dengan cara itu mereka bisa makan. Ibu Bujang pun tak lagi sering ke ladang seperti sebelumnya. Musim kemarau benar-benar menguji keimanan Ibu Bujang dan penduduk sekitar. Jika mereka ingin mendapatkan air bersih, mereka harus mengambilnya ke mata air dekat hutan.

 "Ibu Bujang, mana Si Bujang, kau suruhlah dia

34