Halaman:Antologi Cerita Rakyat Sumatra Barat Kisah Tiga Saudara.pdf/16

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Murai menggosok mata. Bonsu mencubit kulit. Bukan mimpi, kata Bonsu dalam hati. Tapi, bagaimana mereka keluar selarut ini? Kenapa harimau tak memakan kijang?

Barisan itu panjang, sejauh cahaya api menangkap. Tapi, Rondok yakin lebih panjang dari itu.

Tiba-tiba, cahaya putih terlihat di ujung barisan terjauh.Para binatang, mengambil posisi duduk dengan hormat. Mereka ikut memandang cahaya,

Sepertinya, cahaya itu membungkus tubuh manusia, Sayang, terlalu slit memastikan.

Namun, Rondok merasa sepasang mata memandang mereka bertiga. la menoleh pada Murai. Murai memberikan isyarat yang sama.

Perlahan cahaya itu mendekat. "Anak-anakku.. " sebuah suara menggema di hutan, Memantul-mantul. Rasanya, seperti suara ayah dan ibu saat memanggil mereka.

Tanpa sadar ketiganya saling memegang, tangan, mata terus memandang cahaya.

Saat makin dekat, tiba-tiba, cahaya melesat. Terus. Dan lenyap. Rondok yakin, cahaya itu hilang dalam gua.

Satu persatu, para binatang menegakkan diri. Kemudian, menghilang dalam kegelapan.

Paginya, Rondok, Murai, dan Bonsu menengadahkan kepala. Mulut gua terasa jauh. Namun, rasa ingin tahu begitu besar.

Rondok memandang sekeliling. Sulur ada. Tapi, bagaimana memancangnya? ujarnya dalam hati.

Rondak memandang sekali lagi ke atas. Ada tiga batang kayu tumbuh di dining tebing, Jaraknya sempura. Terutama untuk melemparkan sulur kayu.

Batang kayu terlihat kuat. Terutama untuk menampung berat badan mereka bertiga.

Wajah Bonsu pucat saat mendengar rencana Rondok.

7