Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/94

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat


 Cerpen "Kredit Macet" menceritakan seorang guru bernama Tapa yang dipindahtugaskan ke sebuah desa terpencil yang jauh dari kota. Kepindahan itu disebabkan ia terlibat penggelapan uang di tempat ia bekerja selama ini. Walaupun ia telah dipindahkan, kebiasaannya memakai uang kantor tidak pernah berubah. Uang tersebut dipakainya untuk berjudi sehingga ia memiliki uang kepada seseorang. Guru Tapa tidak memiliki penghasilan lain selain menjadi guru sehingga utangnya tidak pernah lunas. Tanpa sepengetahuan Guru Tapa, suatu hari orang tempat ia berutang datang ke rumahnya untuk menagih utang. Orang tersebut tidak bertemu dengan Guru Tapa ketika esok harinya ia pulang dan menemukan jejak kendaraan di halaman rumahnya. Hal itu tidak ditanyai oleh Guru Tapa kepada istrinya, tetapi ia mnegetahui apa yang terjadi atas diti istrinya karena sesudah itu ia mendapat kabar bahwa orang tersebut meninggal dalam sebuah kecelakaan sekembali dari rumah Guru Tapa.
 Cerpen "Kuitansi dari Panti" menceritakan tokoh Saya yang setiap sore selalu didatangi oleh anak-anak panti untuk dimintai sumbangan kegiatan yang dilakukan anak-anak panti panti tersebut membuat tokoh tersebut menjadi curiga, jangan-jangan anak-anak itu berasal dari sebuah sindikat yang mengatasnamakan sebuah yayasan. Suatu hari, tokoh Saya tidak keluar dari rumahnya untuk menyambut kedatangan anak-anak panti tersebut. Ia hanya mengintip apa yang dilakukan oleh mereka. Ternyata, karena orang yang punya rumah tidak ada, anak-anak tersebut hanya meninggalkan selembar kuitansi dan secarik kertas di depan pintu.
 Cerpen "Laki-laki yang Kubenci" mengisahkan seorang laki-laki yang usianya sudah di atas lima puluh tahun. Ia hidup senang, mempunyai dua orang menantu, dan seorang anak yang menjadi mahasiswa di perguruan tinggi terkenal. Di rumah, ia hanya tinggal berdua dengan istrinya. Sepertinya tidak ada persoalan dalam kehidupan mereka, kedudukannya cukup terhormat, dan masih aktif bekerja. Suatu hari, istrinya tempat dengan ikat kepala dan mengatakan bahwa ia sakit kepala, suaminya hanya menyuguhkan aspirin. Perempuan itu benci, benci sekali pada laki-laki yang telah lebih seperempat abad menjadi suaminya. Yang diinginkan istrinya adalah perhatian, seperti perhatian ketika mula-mula membina rumah tangga dulu, sedangkan sang suami tidak menyadarinya. Begitulah, pada hari ini, istrinya tidak bangkit-bangkit dari tempat tidur ketika suaminya pulang. Suaminya