Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/82

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Limo Sastrawan Sumatra Barat

Menulis cerpen sudah menjadi semacam jalan hidup bagi Harris Effendi Thahar. Adapun statusnya sebagai dosen yang kini ia Jakoni adalah anugerah Sang Pemberi Kehidupan. Lewat proses kreatif, ditambah kesenangannya menulis esai di surat kabar lokal terbitan Padang, ia kemudian ditawari menjadi dosen di IKIP Padang. Lewat pergumulan dalam dunia tulis-menulis, terutama cerpen, akhirnya itu mengantarkan dirinya meraih gelar doktor dengan disertasi juga tentang cerpen. Pada tanggal 24 Juni 2010, Dr. Harris Effendi Thahar, M.Pd. dianugerahi gelar profesor dan dikukuhkan menjadi Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Padang.

Menjadi guru memang bukan cita-cita Harris sejak kecil. Ketika beranjak remaja, saat duduk di bangku SMP, dunia sastralah yang menyungkupi kehidupannya. Beruntung ia lahir dari pasangan Thahar Umar dan Nurijah Rasyad yang cinta bahan bacaan. Beruntung pula, ketika duduk di bangku SMP, ia punya seorang guru bernama Bustanu! Arifin yang pernah menghukumnya dengan ganjaran harus menghabiskan sejumlah buku dalam waktu satu minggu. Hal itu merupakan salah satu penyebab keinginannya untuk menjadi penulis semakin menjadi-jadi.

Selama tiga tahun di STM, Harris tidak mempunyai kesempatan untuk membaca karya sastra karena waktunya tersita oleh pelajaran. Setelah tamat STM dan kemudian melanjutkan pendidikan ke Jurusan Arsitektur di Wakultas Keguruan Teknik (FKT) IKIP (sekarang FT-UNP), semangat membacanya kembali mengebu setelah tenggelam selama tiga tahun. Di FK IKIP waktu itu, hanya ada tiga dosen tetap untuk mata kuliah jurusan, selebihnya adalah dosen luar biasa yang jarang masuk karena kesibukan mereka sebagai konsultan dan pegawai Dinas Pekerjaan Umun. Oleh karena itu, banyak waktu lowong, untung ada perpustakaan yang punya banyak koleksi buku, majalah, dan berbagai surat kabar terbitan daerah dan Jakarta. Selain itu, di perpustakaan ada bundel tahunan majalah sastra #lorison yang berdebu karena tidak banyak peminatnya, Sementara itu, di koran Haluan terbitan Padang, secara teratur ada ruang sajak-sajak dan esai budaya setiap Selasa yang diasuh oleh penyair Rusli Marzuki Saria, serta hari Minggu ada cerpen dan cerita bersambung setap hari yang ditulis oleh wartawan senior Kiai Marlaut.

Harus sering berdiskusi dengan teman-teman yang sehobi tentang

70