Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/61

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

Pada saat Chairul berusia lima tahun, pusarnya luka dan terinfeksi. Cukup lama Chairul menahan rasa sakit. Di kemudian hari lukanya tersebut sembuh, namun luka itu meninggalkan bekas yang menyebabkan pusarnya bengkak dan menonjol keluar (dalam bahasa Minangkabau disebut tabudua). Satu hal yang menarik ketika Chairul ditanya oleh orang perihal pusarnya yang tabudua tersebut, jawaban Chairul adalah "ditembak Nippon". Entah apa hubungannya antara pusar Chairul dan Nippon.


Rumah masa kecil yang ditempati Chairul bersama orang tuanya berada di dekat rel kereta api yang memanjang di sisi kanan jalan. Saat ini, rel kereta tersebut terabaikan, lepas dari perhatian lembaga perhubungan. Rel bersejarah yang saban pagi diperhatikan Chairul seperti "hilang" terbungkus oleh semak belukar dan rerumputan. Sama persisnya dengan tebaran kerikil dan bentangan kayu besi penahan bentangan rel yang kondisinya pun sudah hampir semuanya terbenam. Stasiun tua Kayutanam terasa lengang, kereta api seperti malas menjeritkan kedatangannya. Hal terjadi karena tidak ada lagi penumpang ataupun sanak famili yang menunggu kedatangan. Saat ini, meskipun kereta api mulai beroperasi lagi sebagai kereta wisata, nuansa seperti yang dirasakan Chairul di masa kecil dulu telah ikut berubah seiring zaman. Dahulunya, di Stasiun Kayutanam kita dapat menjumpai sebuah pasar tradisional. Selain itu, juga dapat dijumpai sebuah pohon beringin yang kokoh berdiri di sana. Apabila malam datang, angin gunung berhembus mengitari daerah ini. Dingin pun datang mencekam. Stasiun Kayutanam turut menjadi latar pada novel Warisan yang ditulis Chairul.


Di usia yang sudah telat menurut ukuran masyarakat Minangkabau ketika itu, yakni di usia yang ketiga puluh, Chairul menikahi seorang gadis dengan nama Rosmani. Chairul dipertemukan dengan Rosmani oleh teman karibnya, Leon Agusta. Setelah "menunggu" waktu yang cukup lama, tujuh tahun, akhirnya pasangan ini memiliki seorang anak laki-laki. Putra mereka diberi nama Gombang Nan Cenka. Gombang lahir pada tahun 1977. Barangkali nama tersebut terinspirasi dari nama tokoh utama bernama Nan Gombang pada Kaba Sutan Pangaduan yang pernah ditulisnya. Pada saat ini, Gombang sebagai wartawan harian Bisnis Indonesia. Chairul dan Rosmani menetap di kompleks Pasir Putih, Tabing, Padang. Di kediamannya dapat dijumpai dua atau tiga lemari panjang berwarna coklat tua yang sarat dengan beratus buku. Selain buku, lemari tersebut juga memuat beratus kliping tulisan yang sangat berharga.

49