Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/56

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

Untuk menjadi penyair nomor satu, ia merasa tidak perlu merantau (seperti anggapan banyak orang bahwa perantau adalah warga kelas satu dalam pandangan masyarakat Minangkabau). Rusli Marzuki Saria setia pada pilihan hidupnya, yakin terhadap kemampuan kreatifnya, dan tidak harus meninggalkan negeri leluhurnya. Bagi Ismet Natsir, Rusli Marzuki Saria merupakan penyair yang besar dengan keyakinan dan kemampuan pribadi, menjadi penyair Indonesia dengan inovasi terhadap warna lokal yang merupakan kekayaan wawasannya.


Dalam perjalanannya sebagai seorang jurnalis, Rusli Marzuki Saria masih terinspirasi untuk menulis sajak. Pada kumpulan sajak Sajak-Sajak Perjalanan (1977-1980), Rusli Marzuki Saria merekamkan kesannya terhadap daerah yang dikunjunginya melalui sajak. Sajak "Gemuruh Laut" (1977) bercerita tentang laut Lombok yang dalam ingatan Rusli Marzuki Saria tersangkut dengan sejarah penyatuan Nusantara oleh Gajah Mada, //lewat gemuruh laut/dan bisik Gajah Mada/ dalam kalbu terpaut/pulau-pulau Nusantara//. Dalam perjalanan ke Laut Banda, Rusli Marzuki Saria juga teringat pada nukilan sejarah tentang kepahlawanan Patimura melawan Belanda, //laut mengamuk di laut Banda/kapitan Pattimura/dulu mengusir Belanda/perang pala//. Sajak yang lain yang juga bernuansa heroik adalah "Laut Arafuru" (1977), "laut Arafuru/lautnya Yos Sudarso".


Dalam lawatannya keluar negeri, Rusli Marzuki Saria banyak menulis sajak di antaranya, "Ketika James Cook" (1977), "Lavarrack Barrack" (1977), dan "Matahari di Balik Bukit Cairns" (1977). Sajak James Cook ditulis Rusli Marzuki Saria atas ingatannya kepada penemu Benua Australia sehingga keberadaannya di sana dikenangnya dengan sajak yang diberi judul nama sang penemu benua tersebut. Rusli menulis, //ketika James Cook/menemukan Australia/laut gemuruh/tapi ia harus ke laut kembali//. Wawasan Rusli Marzuki Saria terhadap sejarah dunia ternyata cukup lengkap. "Lavarrack Barrack" ia bercerita tentang sepak terjang Jendral Mac Arthur di Australia dalam Perang Dunia ke II. Ia menuliskan, //Lavarrack Barrack/Perang Dunia II/Mac Arthur ke Australia/"I shall return", lalu kembali ke Philipina//. Lalu, tentang Pelabuhan Cairns, Queenslands, Rusli Marzuki Saria juga mengaitkan persoalannya terhadap pelabuhan tersebut dengan masalah urbanisasi yang dihadapi daerah ini Rusli Marzuki Saria menuliskannya begini, /Matahari di balık bukit Cairns/di pagi hari/teringat tanah kelahiran yang sepi/karena urbanisasi//.