Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/55

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

dari penyair.

Menurut Taufik Ismail, Rusli Marzuki Saria adalah penyair Indonesia yang banyak menulis karyanya tentang pemberontakan di daerahnya yang terjadi pada tahun 1958. Rusli Marzuki Saria menyuarakan sajaknya melalui nada-nada sederhana, tidak dengan luapan emosi yang tinggi, bahkan sering dengan alunan lembut dan kesedihan. Secara implisit Taufik memuji kepenyairan Rusli Marzuki Saria karena gaya bahasanya yang tenang dan sederhana dalam ungkapan syairnya.


Kumpulan sajak Rusli Marzuki Saria yang berjudul Ratapan dan Nyanyian menurut Korrie Layun Rampan banyak menyajikan petikan peristiwa masa lalu dan masalah sosial, seperti kemiskinan, suasana perdesaan, dan dampak perang saudara (PRRI-Permesta) yang memberi bekas pada sebagian besar rakyat Minangkabau di perdalaman. Selain itu, Korrie terkesan pada sajak-sajak Rusli Marzuki Saria yang bercerita tentang berbagai hal dalam kehidupan manusia.


Perbandingan antara Chairil Anwar dengan Rusli Marzuki Saria menurut Idroes terletak pada kebebasan sanjak pada karya Rusli Marzuki Saria. Idroes memuji Rusli Marzuki Saria yang menurutnya sangat menarik hati karena sajak-sajak Rusli Marzuki Saria yang menggunakan metafora-metafora yang diambil dari kehidupan orang Minangkabau.


Bagi Darman Moenir, Rusli Marzuki Saria adalah seorang penyair Indonesia yang telah banyak sekali menulis puisi. Perjalanan kepenyairan Rusli Marzuki Saria telah dimulai semenjak tahun lima puluhan sampai kini (tahun 2011). Rusli Marzuki Saria menulis sajak tidak lagi dalam jumlah puluhan, tetapi telah beratus-ratus sajak diciptakannya. Meskipun demikian, Darman Moenir mengkritisi sajak Rusli Marzuki Saría sebagai Sajak yang biasa-biasa saja, sentimentil, penyampaian ide yang mendesak, tidak ada kewajaran puitik, kata-katanya tidak mempunyai daya gugah yang mengelitik, dan miskin imaji.


Kesetiaan dalam menulis puisi dan pengekspresian pengalaman hidup Rusli Marzuki Saria dalam baris-baris yang puitik merupakan hal yang sangat mengesankan bagi Ismet Natsir. Dalam kehidupan yang serba cepat berubah, dengan gejolak masyarakat yang demikian di negeri ini, amat sulit untuk tetap bertahan hidup pada jalur kesusasteraan, tetapi Rusli Marzuki Saria telah menunjukkan kesetiaannya itu. Ia tetap berkiprah di dunia sastra dan tetap bertahan tinggal di kampung halamannya Sumatra Barat.

43