Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/53

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

SAJAK-SAJAK PAREWA

jangan bersedih parewa
bila ayammu tewas di medan laga
simpanlah taji
bawa kembali emas di pura.

"tidak, tidak! Aku tidak bersedih
karena laut gemuruh
gunung-gunung menanti aku
gadis dengan mata taji ayam
perawan dengan perawas ranum
menanti aku!"

(di kendi-kendi tuak tua
di perian air jernih gunung
di sana dahaga dilepaskan
di balik purnama)

"aku ingin rumah yang tenang
di balik bukit
bila matahari tenggelam
aku ngintip jejak yang lekang."

"ayamku sudah tua
kalah bertarung di medan laga
tajiku sudah mundu
kilatnya, wahai karat di sana!"
....................................


Pada tradisi Minangkabau, Parewa tidak merupakan sosok laki-laki ideal, namun kehadirannya dibutuhkan dalam kampung karena ia adalah pahlawan yang mampu menegakkan kewibawaan kampungnya. Ativitasnya sehari-hari adalah menyabung ayum dengan taruhan emas yang selalu disimpan di puro 'pura' (kantong yang diselipkan di pinggang). Ia memiliki ayam tangguh yang selalu mengharunkan nama kampungnya dalam pertarungan adu ayam antarkampung. Ia ditunggu oleh perawan desa yang memiliki paraweli 'perawas' (payudara) ranum

41