Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/50

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biagrafi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat


bahagia yang tidak terucapkan, dipergunakan banyak titik-titik permintaan perhatian. Demikian juga banyak ucapan-ucapan bersedu-sedan karena kesedihan yang tidak tertanggungkan dalam dunia yang serba kejam ini. Salah satu pengucapan jiwa romantik ialah hasrat pada alam yang luas, tempat sagala masih suci bersih, tiada bernoda seperti di kota” (Jassin, 1977:25—26).


Suasana romantik dalam puisi “Beri Aku”, “Padang Kotaku”, “Beri Aku Tambo Jangan Sejarah”, “Aku Suka Seribu Hikayat”, “Sajak Waktu”, “Kutulis Badai dan Angin Kutulis Langit dan Mendung”, dan “Ingin Berteduh di Bawah Atap Rumahmu”.


Perasaan bahagia Rusli diungkapkan dalam puisi “Beri Aku” yang dilukiskan lewat banyak titik permintaan, mulai dari cinta dan senyum sampai kepada pengharapan memiliki pikiran kecil yang dapat dimengerti semua orang. Semuanya disimbolkan Rusli kepada alam, seperti daun-daun, ilalang, sungai, gunung, awan, lembah, dan hutan sebagai pengucapan jiwa romantiknya.

BERI AKU (1909)

Beri aku cinta yang sederhana sayang
Cinta yang tergantung di daun-daun
Cinta yang menyumbul di runcing-runcing ijalang
Cinta yang mengalir di sungai-sungai gunung

Beri aku senyum sederhana, sayang
Senyum perawan yang bergayut awan di lembah
Senyum hutan-hutan tegalan yang telanjang
Senyum tadang-ladang harum dari jagung bakar merkah

Beri aku kata-kata yang sederhana, sayang
Kata-kata yang keluar dari mulut petani sesudah panen
Kata-kata ciloteh nelayan dari laut sesudah subuh
Kata-kata ajaib dari tukang sadap nira yang berbisa

Beri aka pikiran kecil yang bisa dimengerti semua orang, sayang
Pikiran yang tidak ganda, tapi jujur tanpa apa-apa
Pikiran yang lahir di mata air lembah gunung
Pikiran yang dilahirkan satu ditambah satu hanya dua


38