Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/49

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat


Rusli menghayati kaba secara intens, terutama kaba yang disampaikan lewat salung, sehingga ia mempunyai persepsi tertentu terhadap kaba. Baginya, kaba selalu meyampaikan persoalan hidup dalam lingkaran suka dan duka, indah dan sedih, “ada cinta/ada air mata”. Kaba mengungkapkan suasana alam, seperti //pegunungan hijau/lembah-lembah, serasab//, dan “punggung bukit yang ungu”. Semuanya merupakan simbolisasi terhadap suka dan duka kehidupan sebagai gambaran hidup dan kehidupan yang akrab dengan alam. Puisi Lagu Salung mengungkapkan hal tersebut.


LAGU SALUNG (1962)

Kalau dia bicara juga
Ada cinta
Ada air mata

Pegunungan hijau
Lebah-lembah
Serasah
Punggung bukit yang ungu
Lagu salung


Pola persajakan yang dianut Rusli adatah pola lirik, tetapi lirik-liriknya terlihat sebagai lirik pemberontakan yang mendobrak konvensionalisme, tetapi berangkat dari tradisi (Korrie Layua Rampan, 1977). Hal itu menunjukkan bahwa sikap Rusli menulis puisi dengan pola-pola lirik tidaklah kukuh. Ia selalu berontak, berusaha lari dari konvensi lirik untuk menciptakan pola-pola baru, tetapi tetap bertolak dari tadisi, yaitu puisi sebagai curahan pikiran dan perasaan terhadap persoalan hidup yang terjadi di lingkungannya.


Dasi segi struktur puisi, pemberontakan Rusli terlihat dengan meninggalkan bentuk puisi yang pendek-pendek dan beralih ke bentuk yang panjang-panjang. Beberapa di antaranya cenderung berbentuk balada, seperti dalam “Sajak-sajak Parewa” dan “Puteri Bunga karang”, Peralihan tersebut menimbulkan suasana: suasana tertentu dalam puisi. Yakni suasana romantik. Ramantik adalah aliran kesenian yang mengulamakan perasaaan, "Lukisan romantik biasanya disertai dengan bintang bulan dan harum bunga-bungaan. Untuk melukiskan perasaan


37