Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/48

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat


MANGKUTAK*

aku simangkutak pulang petang, setelah bermain layang
layang
seharian, awan kelabu terbang rendah di kaki pebukitan
nun
di sana, lama kucari jejak di pematang gelanggang
alangkah
ramai
semusim tuak tua semusim adu ayam silangkaneh
alangkah
ganasnya
sabai, sabai..., sabai...
aku mabuk kuda melajang halaman panjang, di siang hari
terik
hijau rerumputan padang ilalang bergoyang
bapak, bapak, bapak..., bapaaak...
dalam hati siapa tahu mahaagung duka bersarang
aku si mangkutak pulang petang, bermain layang-layang
raja nan panjang, raja berbanding dibunuh orang
...............................................................
1997

  • dari cerita rakyat Minangkabau Sabai Nan Aluih

(dicuplik dari Kumpulan Sajak Mangkutak di Negeri Prosaliris)


Kaba Sabal Nan Aluih sebagai karya sastra yang hidup dalam tradisi pelisanan di Minangkabau mengisahkan keutamaan sosok perempuan bernama Sabai Nan Aluih. Prosa bernuansa feminis itu menampilkan sosok perempuan sebagai pembela harga diri dan kehormatan keluarga. Ia memiliki seorang adik laki-laki bernama Mangkutak (Alam) yang sehari-harinya hanya bermalas-malasan, berjudi di gelanggang, dan bermabuk-mabukkan. Suatu hari, ayah mereka, Rajo Babandiang, ditembak oleh orang jahat bernama Rajo Nan Panjang. Sabai Nan Aluih membalas kematian ayahnya dengan membunuh orang jahat itu, sedangkan Mangkutak sedang berjudi ketika kejadian itu berlangsung. Puisi ini mengisahkan ketidaktahuan dan kesedihan Mangkutak atas peristiwa saling bunuh itu. Rusli Marzuki Saria menerjemahkan kisah itu melalui puisinya.


36