Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/39

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

II
Bagi anak laki-laki tidak ada jalan membujur lurus: itu kata Ibu
Mestilah berani menjajah malam. Seperti seorang suami yang
pergi
malam dan burung mayat juga yang selalu bersembunyi
Di tengah malamku

II
Barang kali ketuaan berupa pada wajah. Lisutnya kulit muka
Tumbuh uban, botaknya kepala
Daun pisang jadi kerisik. Gugur daun durian kuningnya di senja
Unggun tak berapi lagi

IV
Mulut tidak berguna lagi, beku. Tinggal hanya muka yang tengadah
Tidak juga berharap, dan tidak pula menyerah
Satu-satu ketakutan datang merasuk di ketuaan
Dan aku terbenam dalatn rawa

V
Ketika aku jadi takut. Kuhafal saja Surah Yasin, di luar kepala
Membenamkan muka di bantal. Memang, jurang tidak semudah
ketawa
Burung mayatitu makin nyinyir menghimban
di tengah


Di dalam puisi “Desa Kehadiran" terdapat suasana kehidupan yang damai, penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan penyerahan diri tersebut diungkapkan dengan bahasa perlambang //Di pucuk-pucuk menara mesjid singgah matahari/mereka kenal penyerahan diri yang abad//.


DESA KEHADIRAN (1964)

Geresah daun bambu
Lamalah duka lekang dibakar matahari tiap hari
Lewat kandang kerbau datar jalan ke sawah
Siulan dan bunyi pantun.


27