Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/40

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

Pasar kedamaian berputar tiap hari
Tangan-tangan bekerja jari-jari yang memohon
Di pucuk-pucuk menara mesjid singgah matahari
Mereka mengenal penyerahan diri yang abadi.

Begitu juga puisi "Selamat Malam", "Ya Malaikat Selamat Malam", "Ya Tuhan" masih mengungkapkan kepasrahan kepada Tuhan. Penderitaan yang dirasakan sebagai akibat pemerintah yang tidak mengurus kepentingan rakyat dengan sungguh-sungguh dan hanya mengumbar janji dan program kosong membuat kehidupan masyarakat terpuruk. Namun, penyair menyampaikan protes atas keadaan itu dengan nada lembut, bahkan cenderung sebagai ratapan, bukan dengan protes yang berapi-api. Puisi ini diakhiri dengan pemasrahan diri pada Tuhan dengan berdoa dan harapan bahwa kehidupan akan menjadi lebih baik/ //Semoga tahun datang Tuhan begitu ramah/Memberi hujan/ padi berubah runduk/Ketela padat berisi/Itik dan ayam bertelur banyak//, suatu optimisme yang mengandung keyakinan teguh terhadap kekuasaan-Nya.


SELAMAT MALAM, YA MALAIKAT SELAMAT MALAM,
YA TUHAN (1965)

Ada bulan lingkar ketiding
Bagai tersenyum pelan-pelan
Padaku.
Serasa aku balik 19 tahun
Erlin manggil
Papa!

Kami dalam lingkar penderitaan
Bersama berdoa lalu berterima kasih
Ya, Tuhan. Kami tidak menagih

Di sebuah kamar sewa di kota
Terkaca ladung renda, sawah berbandar langit

Ah, lekangnya!
Tapi jatah semen ke mana?


28