Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/38

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

YANG TAK LUPA (1963)

Bagai kelambu nestapa diriku dalamnya
Berharap kepadanya dengan semua bengkalai kerja
Kugenggam sajak kehidupan
Tak bisa tumpas lapar tapi nanar oleh kata

Bita diriku siuman dari sebuah pemberontakan
Tidak terkatakan sesal sebab kemalangan
Kudukung di punggung lainnya berceceran
Semua takdir kita yang punya


Di dalam puisi berjudul “Ketika Aku Jadi Takut”, penyair masih mengungkapkan sikap penyerahan diri kepada Tuhan bilamana dirinya dalam keadaan takut. Ketakutan menjelma apabila ia ingat pada masa kanak-kanaknya yang selalu disuguhkan cerita perintang tidur oleh bapak, yakni tentang hantu besar dan galak. Kemudian setelah merasakan diri semakin berangkat tua, Rusli kini kembali dilanda perasaan takut akan ketuaan. Masa tua dikonotasikan dengan “tumbuh uban dan botaknya kepala” dan “daun telah jadi kerisik”. Bayangan hari tua menimbulkan ketakutan ganda, yakni, tentang datangnya maut. Bila maut datang, “Mulut tidak berguna lagi, beku, tinggal hanya muka yang tengadah”. Dalam keadaan demikian, Rusli selalu berserah diri pada Tuhan dengan menghafal ayat-ayat. Lengkapnya puisi Ketika Aku Jadi Tukut adalah sebagai berikut.


KETIKA AKU JADI TAKUT (1969)
I
Ketika aku jadi takut. Semuanya mengambang di mata
Aku ingat NYA dalam imaji sendiri. Tidak terbavangkan roman
mukanya
Kata bapak di masa kanak : “Hantu itu besar dan galak”
Hu sebuah cerita perintang tidur. Di malam sunyi
Kembutnya jemari Ibu
Menggelitik di ubunku


26