Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/36

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antolagi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat


lepas entah ke mana//. Rusli Marzuki Saria juga mesti //bertenun kehidupan yang dari hari ke hari membuat jaring dengan teliti. Pada//Aku senang adu tinju/main dadu/nasib tersenyum di situ//, Rusli Marzuki Saria menertawakan kebiasan meramal yang ada di tengah masyarakat kita. Sajak “Mengurung Burung” ini menyiratkan kearifan seorang Rusli Marzuki Saria yang //senang pada telor masa depan//, senang memetik hikmah dari kenyinyiran seorang nenek, tidak mau menjunjung gunung, tidak mau mengurung angin karena dengan mengurung burung ia sendiri serasa terkurung.


Menghadapi kenyataan hidup yang selalu “rawan” dan “murung” yang tiba silih berganti, tentulah keresahan jiwa semakin padat dan berhimpitan. Rusli selalu mencari cara terbaik untuk melenyapkan keresahan jiwanya. Dengan menumpuk keresahan dalam jiwa menjadikan Rusli semakin tidak percaya pada dirinya. Ia serta-merta menjadi takut pada dirinya dan takut menatap segala bentuk tragik kehidupan yang semakin membuat ia resah. Untuk itu semua, Rusli mendapat suatu cara yang baik untuk menatap dirinya, menatap kerawanan dan kemurungan hidup masyarakatnya, tidak dengan rzata telanjang. Rusli akhirnya menginginkan sebuah topeng, ingin melihat dirinya dan kehidupan ini secara enak dan aman agar tidak lagi membuat jiwanya resah.


Putsi “Beri Aku Topeng” mengungkapkan keinginan Rusli menghilangkan resah. Walau telah ada topeng, namun keresahan itu selalu saja hinggap. Topeng itu pun tak mampu mengusir keresahannya. Ia jadi tak berarti apa-apa, “terlantar” dan “sunyi”. Kita simak puisi Beri Aku Topeng berikut.


BERI AKU TOPENG (1979)

Beri aku topeng
Karena kau takut pada diriku sendiri
Beri aku topeng
Karena lebih enak menyidik dari dalam
Rumah siput itu
Hai, topeng itu
Telantar
Sunyi


24