Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/32

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi don Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

kemarau kutadah lengkisau au!
dulu aku memang suka gembalakan kerbau di pematang
datang angin datang petir datang gabak
datang mendung datang hujan dulu aku memang suka pantun salung
sentimentil di dangau-dangau tembakau musim panen tembakau
berlalu panen jagung datang pula aku suka cerita beruk
penjagung cerdik tak pernah bisa dijerat petani kerbau
yang suka kerjakeras melotot pada kucing pusyku lenguh
sapi perah di ladang ubi kambing lepas masuk ladang mentimun
muda Jabu muda peria muda umbut muda
segala muda
bapak
bapak
bapak! (kataku: bapakku banyak istri kata orang
istrinya 23 orang) aku senang lihat wajah bapakku malam hari
dan betul-betul jantan! Kucingku, pusyku hitam bapakku mengeong
malam ketika mendengar kisah jenaka aku berwajah gembira
kancil yang cerdik terkena getah mati seketika sajakku angin
mengusikmu pelan sajakkku jenaka mengusap dahimu perlahan
kupclihara angin kusumbat botol kutangkap angin kulepaskan
terali penjara sajakku penjara angin angin masuk penjara
sajakku...


Puisi di atas mengungkapkan keresahan jiwa Rusli dalam mempertahankan hidup. Kehidupan yang menurutnya harus selalu nyata sehingga ia menyesali semua kehidupannya yang tidak berarti, semuanya hanya seperti angin. tidak melahirkan hal-hal yang dapat dijadikan kenangan indah. Ia juga menyampaikan keresahan mempunyai bapak seorang laki-laki yang gemar kawin. Rusli Marzuki Saria resah dengan perilaku bapaknya yang secara ironi dipujinya sebagai lelaki jantan, sekaligus disamakannya dengan kucing pussy.


Dirinya selatu dihanyutkan oleh resah yang bergayut semakin dalam. Walau ada angin, tetapi angin pun tidak bisa mengusir keresahan itu, matah menjadikannya pesimis dengan kehidupan. Rusli melukiskan bahwa segala yang dia punyar adalah angin, sarang angin, bilik angin, bahkan kalau pun ia mempunyai keturunan, tujuh turunannya adalah angin karena ia pun bersenggama dengan angin.


Keresahan jiwa tidak juga kunjung hilang walaupun ia menceritakan


20