Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/31

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

Salut yang jujur kuberikan tanda hormat
Aku letih dari perjalanan yang liat
Aku kenal satu nama dalam catatan,
Yakni keyakinan!

Sejarah mencatat dan tuliskan
Dan akankah kami mengangguk:
Di sini pernah Perang Saudara!

1963

Sebagai penyair yang melarutkan diri ke dalam alam kehidupan masyarakat lingkungannya, maka suasana keresahaan jiwa Rusli terlihat lewat penghayatannya terhadap sisi kehidupan itu sendiri. Keresahan Rusli merupakan sebentuk keresahan yang bertolak dari alam. Keresahan itu dinyatakan lewat simbol-simbol yang kebanyakan mengambil referensi dari alam, seperti ditemui dalam puisi “Kuundang Gerimis”.


Suasana kehidupan masyarakat yang memprihatinkan juga menimbulkan keresahan jiwanya. Ia berusaha merekam suasana kehidupan, jiwanya jadi resah, dan ia tidak kuasa melepaskan keresahaan itu, Rusli jadi terperangkap oleh keresahan jiwanya sendiri. Beberapa putsi Rusli tentang haf itu adatah “Serumah dengan Angin”, “Sajakku Kuman Tak Berjejak", dan “Mengurung Burung”.


Dengan mengambil simbol-simbol yang bersifat kealaman, Rusli mengungkapkan suasana kehidupan yang penuh keresahan. Puisi “Serumah dengan Angin” memperlihatkan hal itu.

SERUMAI DENGAN ANGIN (1986)

aku serumah dengan angin sarang angin bilik angin
tempat tidur angin kelambu angin bantal angin
selimut angin bersanggama angin!
lahir anak-anakku angin tujuh tanimanku angim
dari barat dari timur dari utara dari selatan aku
menyimak angin berpacaran angin herketuhkesah
Angin tahu...
apa katamu: datanglah musim datanglah berati datanglah
kemarau datanglah hujan! Kutadah angin kutadah hujan kutadah

19