Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/132

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat

adalah Kota Padang, ibukota Provinsi Sumatra Barat. Kota PP adalah Padangpanjang dan masyarakat budayanya disebut Minangkabau.

 Novel Dendang menyajikan tema ketidakberdayaan menghadapi kemelut. Berdasarkan rangkaian peristiwa yang dialami tokoh Saya/Aku, didapatkan amanat novel tersebut, yakni setiap orang mesti sabar dan tawakal menghadapi cobaan serta memiliki kesadaran untuk mempertanggungjawabkan jalan yang dipilihnya.

 Kepiawaian Darman Moenir dalam menulis karya prosa tidak hanya dituangkannya dalam bentuk novel, Dari tangannya telah dihasilkan belasan judul cerita pendek. Dua di antara cerpen Darman Moenir, yakni yang berjudul “Amrus Wahab” (harian Suara Pembaharuan, 21 Februari 2001) dan “Nyanyian Siang dan Nyanyian Malam” ditelaah berikut ini.

 Amrus Wahab adalah seorang guru kepala sekolah di SMU 1. Meskipun jabatannya memungkinkannya berbuat tidak jujur demi kepentingan pribadi, namun ia adalah seorang guru yang selalu berpegang teguh terhadap nilai-nilai kejujuran yang telah diperolehnya semenjak kecil.

 Suatu kali Amrus Wahab menerima telepon dari Nyonya Ari, istri gubernur, penguasa tertinggi di ibukota provinsi tempat Amrus tinggal. Nyonya gubernur meminta kesediaan Pak Guru Amrus Wahab untuk menerima anaknya bersekolah di SMU 1 yang dipimpin Amrus. Setelah menerima telepon itu, esok harinya Amrus dikunjungi oleh utusan istri gubernur di sekolah. Amrus Wahab menyatakan bahwa anak tersebut tidak dapat diterima karena nilainya rendah. Meskipun ditegaskan dan diingatkan oleh utusan tersebut bahwa anak itu adalah putra seorang gubernur, Amrus tetap pada pendiriannya.

 Akibat penolakan Amrus Wahab terhadap keinginan istri gubernur tersebut, ia dipindahkan ke sekolah yang mutunya jauh lebih rendah daripada SMU 1, yakni SMU 4. Amrus menolak peluang menjadi kepala sekolah di sekolah yang baru tersebut, ia lebih memilih menjadi guru biasa saja di sana. Pada kesempatan menjelang pensiunnya, Amrus Wahab berharap tidak akan menjumpai lagi persoalan seperti itu.

 Alur cerpen “Amrus Wahab” dibentuk oleh sejumlah peristiwa yang berlangsung secara kronologis. Dalam setiap peristiwa perjalanan hidup Amrus Wahab selalu didasari nilai-nilai kemanusian yang luhur. Ia adalah seorang rendah hati yang selalu menampilkan tindak-tanduk yang santun, baik di rumah tangganya maupun di lingkungan kerja. Amrus ternyata dibesarkan oleh ayahnya yang menjadi panutan bagi Amrus. Ayah Amrus

120