Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/133

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

Seorang yang konsisten dan konsekuen dalam menjalani kehidupannya yang juga guru. Sebagian watak ayah Amrus selalu menjadi ingatan yang sering terngiang-ngiang bagi Amrus Wahab. Kutipan di bawah ini menggambarkan watak ayah Amrus Wahab.

“Tugas mendidik itu amanah. Dan seorang guru tak memungkinkan S€seorang menjadi kaya”, sebut ayah Amrus Wahab yang meninggal dunia beberapa tahun setelah Amrus Wahab diwisuda.

............................................

“Dan Amrus pun teringat ayahnya yang terlanjur memasukan nama adiknya yang bungsu ke dalam daftar gaji untuk dimintakan tunjangan anak, Padahal, usia adiknya sudah lewat batas, dalam arti kata, adik Sudah tamat sekolah. Dan tanpa ba-bi-bu, ayahnya langsung memulangan Sejumlah uang itu ke kas negara.”

Akhir cerita memperlihatkan watak tokoh Amrus Wahab yang tetap memegang teguh prinsip hidupnya dan ia menyadari bahwa ia berhadapan dengan kebobrokan moral masyarakat dan penguasa. Keluhuran dan keteguhan sikap tokoh Pak Guru Amrus Wahab dapat diketahui dari kutipan di bawah ini.

“Bagi Amrus Wahab, kedatangan orang yang mengaku utusan istri Pejabat sesungguhnya tak aneh. Sudah sering ia menerima permintaan, Imbauan, saran, perintah, malah sogokan dengan segepok uang atau ancaman agar seorang atau beberapa orang diterima di sekolah yang ia Pimpin. Namun, selama ini, semua ia Jadeni dengan perlakuan yang Sama bahwa diterima atau tidaknya seorang calon siswa ditentukan oleh nilai masing-masing. Sogokan ia tolak mentah-mentah. Uang sogokan ta kembalikan. Sikap dan konsistensinya untuk hanya menerima pelajar dengan nilai standar, memungkinkan sekolahnya bermutu dan dikenal. Lagi pula ia mengerahkan guru-guru untuk mengajar dan mendidik Secara lebih baik dan sempurna.”

Cerpen “Amrus Wahab” membentangkan tema keluhuran budi Pekerti seorang guru. Keikhlasan seorang guru menerima risiko dari keteguhannya menjunjung tinggi kebenaran. Amtus teguh dengan Pendiriannya untuk tidak menerima anak seorang gubernur yang tidak memenuhi nilai standar, ia pun sadar terhadap konsekuensi yang harus dijalani akibat keputusan tersebut. Ia memilih menjadi guru biasa di Sekolah yang baru agar tidak berhadapan lagi dengan masalah KKN (korupsi, kolusi, dan kepotisme). Amrus memilih hati nuraninya dan Mmengenyampingkan jabatan. Suatu karakter yang sudah sangat langka

121