Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/127

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

kita merebahkan
diri sendiri?

(Padang, 1995)


Sajak "Perburuan III" adalah sindiran Darman Moenir kepada kesombongan dan kemunafikan manusia saat ini. Manusia kini yang selalu bersembunyi dalam kedok kemanusian, sedangkan perbuatannya sangat bertentangan dengan slogan-slogan yang diteriakannya.

Manusia sombong dengan segala kelakuannya, hutan Kalimatan dibabat, perpecahan dan pembunuhan dilakukan, janji-janji sudah menjadi permainan bibir yang tidak pernah ada realitasnya, dan rakyat kecil yang memikul penderitaan atas semuanya ini.


Sajak ini menyindir penguasa yang curang, sombong, dan menipu rakyat. "Perburuan III" menyuarakan protes terhadap kezaliman yang terus-menerus terjadi. Darman Moenir meneriaki manusia (penguasa) agar berhentilah merobohkan segala tatanan masyarakat yang sudah semakin porak poranda, bercerminlah pada diri sendiri. Ia pun ingin mengajak semua manusia agar merobohkan keangkuhan diri masing-masing serta mendengar bisikan hati nurani agar kembali kepada hakikat kemanusiaan.


Bagian berikut khusus menelaah novel Darman Moenir. Novel yang akan ditelaah adalah novel monumental berjudul Bako dan novel lain berjudul Dendang.

(1) Judul  : Bako
Penerbit : Balai Pustaka, 1983


Novel Bako ditokohi oleh Aku (Man) yang mengisahkan kehidupan masa kecilnya berdiam di kampung ayahnya bersama-sama keluarga asal ayahnya, yakni bersama bako-nya (saudara perempuan ayah) yang ia panggil Umi. Cerita mengenai kehidupan tokoh Aku bersama ibu dan adik-adiknya di rumah bako mereka adalah cerita yang menarik. Meskipun mereka berstatus "menumpang" di rumah itu dan berstatus pendatang di kampung tersebut, mereka sesungguhnya tidak diperlakukan dalam status demikian. Mereka diterima dengan baik oleh Umi sekeluarga, orang kampung pun bersikap demikian. Hanya ibu Aku yang tidak nyawan dengan kondisi itu. Barangkali, ketidaklaziman bertempat tinggal di rumah suami yang membuat tokoh ibu merasa

115