Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/106

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

"kasus" ini menurut saya agak kurang berhasil berdiri di tengah, dalam artian tidak menyalahkan para "penggugat", Edizal dan Meuthia Ganie Rochman serta yang lainnya, dan juga tidak menyalahkan sang pengarang 'Si Padang" sendiri.


"Agaknya, Uda Dasriel memijakkan kakinya di depan Harris sehingga ia memberat timbangannya dan mungkin memberat pula harganya sebagai sastrawan. Sebagai contoh, Uda Dasriel menulis:

"....sebagai orang yang menyukai tulisan-tulisan fiksi semacam itu, dan sesekali juga mencoba membuatnya, saya lebih cenderung mengatakan bahwa Harris merangkai-rangkai angan-angannya saja." Merangkaikan angan-angan saja? Ah, terlalu "bagadele". Saya yang juga "urang awak", jelas menyanggah argumen ini. Bukankah suatu angan-angan acapkali berangkat dari suatu kenyataan? Apalagi kalau dilihat gaya cerpen Harris mempunyai kecenderungan realis ketimbang fiksi total, apalagi absurd. Tepatnya cerpen Harris telah menampilkan suatu fenomena yang memang ada terjadi di dalam masyarakat di mana cerpen ini berangkat. Tapi tunggu dulu, sekalipun realita itu ada, toh itu jelas hanya segelintir jumlahnya. Tentu hanya orang bodoh yang akan membesar-besarkan setitik nila dalam sebelanga madu!


"Kalau soal tingkah orang seperti dalam cerpen "Si Padang" tersebut yang dipersoalkan, hal itu bukan saja ada dalam masyarakat Minangkabau, tetapi juga ada dalam masyarakat mana pun juga. Terlepas dari debat di atas, menurut hemat saya, yang menjadi biang ribut itu adalah cuma judulnya, yaitu "Si Padang". Pada gilirannya, tentu saja, si pengarangnya itu. Kenapa mesti "Si Padang", 'Da Harris?"


Simpulan

Dari uraian mengenai riwayat hidup serta karya Harris Effendi Thahar dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, Harris Effendi Thahar menjadi seorang sastrawan adalah karena bakat alami yang ada pada dirinya semenjak kanak-kanak dan dipengaruhi pula oleh orang tuanya. Ayahnya adalah seorang mubalig tamatan Thawalib Padangpanjang yang setiap hari memberikan wirid di masjid-masjid dan mengharuskannya memiliki koleksi bacaan. Semasa kecil, Harris telah mengenal dan membaca berbagai macamn bacaan yang dikoleksi oleh ayahnya itu.


Kedua, sewaktu di SMP, Harris mulai kenal dengan cerpen karena di sekolah tersebut setiap hari Sabtu diadakan lomba baca cerpen. Harris selalu menjuarai lomba tersebut sehingga gurunya, sekaligus wali 94