― 23 ―
Tok! Tok! Tok!" begitoelah terdenger soewara ketoka pintoe.
,,Siapa ?" menanja itoe anak moeda.
,,Lekasan boeka pintoe, Nona manis soeda dateng !" kata si Mina sembari mesem-mesem.
Hai, ampir-ampir goea djadi poeles, menoenggoe loe poenja dateng begitoe lama, kamana loe soeda pergi toea bangka?" kata itoe anak moeda dari dalem itoe roema, seraja boeka pintoe.
"Baba si maoe gegerin orang sadja, kan saja lagi toenggoe Nona Penganten, makanja djadi lama!"
Tatkala itoe pintoe soeda terboeka, si Mina lantas adjak si Ros masoek ka dalem, sembari berkata. ,,Ini nona poenja Baba, ajo da lekasan semba, kaloe engga nanti dia mara-mara sama saja !" kata si Mina jang laloe balik moekanja mengadep pada ia poenja madjikan dan berkata: "Baba ini Nona ada anak prampoean saja, saja kirim-kirim Ba, tetapi saja harep Babah djangan terlaloe . . . . . . . . bengis!"
,,Ha! ha!! ha !!!" tertawa itoe anak moeda, jang laloe berkata: „O! pande betoel, loe toea bangka bikin orang djadi tertawa !"
Si Ros poen ada toeroet mesem, komedian ia lantas djongkok dan menjemba pada ia poenja Baba baroe.
Kan kaloe begitoe senang hatinja saja, jang djadi orang toea!" kata poelah itoe toea bangka.
,,Doedoeklah Nona manis!" kata itoe anak moeda jang di itoe waktoe tjoema pake tjelana batik Pekalongan dan badjoe kaos poeti.
„Do engko panggil saja Nona manislah, panggil sadja saja poenja nama !" kata si Ros dengen bersenjoem.
,,Engko engga taoe si Nona poenja nama ?"
"Saja si Ros !"