an ini akan membawa kita terlalu jauh dari pokoknya, maka dari itu kita akan meninjau beberapa segi saja dari persoalan itu.
Banyak orang mengira bahwa seni bangunan dahulu adalah sebagai contoh untuk mendirikan bangunan sekarang. Di sini kami dengan keras dan tegas hendak memberantas pikiran yang demikian. Sungguh bukan di sini letaknya kepentingan serta nilai peninggalan purbakala yang sekarang sedang banyak ditiru. Masa lampau sudahlah lampau, dan tak akan dapat kembali lagi. Kebesaran yang telah lalu bukanlah alasan untuk bersenang ataupun bersedih hati, hanyalah dapat berupa dorongan untuk dalam zaman sekarang dengan alat-alatnya yang ada mencita-citakan dan mengusahakan kedudukan yang serupa di dalam dunia sekarang ini. Oleh khasil pekerjaan nenek moyang kita maka kita didorong untuk mencapai lebih banyak lagi. Itulah pada hemat saya menilai dari pengetahuan tentang masa silam, ialah bahwa dengan keinsyafan itu, jika kita mengingat akan puncak-puncak yang telah tercapai dahulu, memang pada kita sungguh ada kemungkinan-kemungkinan, kemungkinan besar lagi indah. Mudah-mudahanlah Candi Ciwa setelah selesai dibina kembali nanti, dapat menjadi bukti yang nyata, bukan saja bagi kita sekalian tetapipun bagi orang-orang asing akan kejayaan serta kebesaran bangsa kita dahulu kala. Lagi pula dapatlah hendaknya menjadi pendorong juga bagi kita untuk membangun kebudayaan baru secara sendiri, secara Indonesia modern: kebudayaan yang tidak kalah dari masa lampau dan yang tidak merupakan hasil tiruan belaka! Bukanlah tiruan itu hanya menunjukkan kelemahan dan kemiskinan kebudayaan?
Terlaksananya pembinaan kembali itu adalah oleh karena tekad serta semangatnya orang-orang yang melakukan pekerjaan tersebut. Mereka telah mencurahkan sebagian penting dari hidup mereka untuk memberi jiwa kembali kepada keindhan yang tadinya telah hilang itu. Dengan tidak menyebutkan nama-nama sebab terlalu banyak nantinya, maka di sini saya tidak saja hendak menyatakan rasa terima kasih atas semangat kerja mereka, tetapi juga ingin menyampaikan pujian terhadap kecintaan serta kecakapan mereka, dan kebaktian serta pengabdian mereka terhadap tugas yang menjadi beban mereka.
Para pegawai yang bertugas mengawasi, yang tidak saja memeriksa jalannya pekerjaan melainkan juga memberi pengertian serta pimpinan seperlunya dengan menetapkan bagaimana teknik dan arkeologi kedua-duanya dapat memperoleh tempatnya masing-masing yang setepatnya dengan tidak mengganggu seni bangunannya.
Para juru gambar yang dengan tiada jemu-jemunya telah mencurahkan tenaganya kepada gambar-gambar pertanggunjawaban, dan tidak putus asa waktu sebagian besar dari gambar-gambar tersebut hilang lenyap. Dengan kecakapan yang mengagumkan mereka telah membuat gambar-gambar permukaan-permukaan dinding yang memperlihatkan betapa indahnya hiasan-hiasan yang menaburinya. Kemudian para werkbaas yang dengan ketajaman penglihatannya telah memberikan sumbangan yang jauh melebihi dugaan pandangan sepintas lalu, sebab merekalah yang dengan memberi contoh, memimpin para pencari batu. Mereka ini dengan kesabaran yang melampaui batas dapat menghubung-hubungkan pecahan-pecahan batu yang berguna dan pekerja-pekerja lainnya yang barangkali harus melakukan pekerjaan yang paling berat dan biasanya mendapat penghargaan yang sedikit. Mereka itu semuanya adalah bersama pembangun monumen ini yang penyelesaiannya dapat diharapkan dalam tempo yang singkat. Paling berterima kasih haruslah kita terhadap semangat kerja sama, semangat saling menghargai dan persaudaraan, di antara para pembangun itu semuanya. Sebab itulah yang membikin seksi kami menjadi benar-benar kawan sekerja. Kita sungguh berterima kasih atas jasa-jasa Saudara sekalian!
42