-14-
berangkat. Atau memang sudah janjiannya akan ber nasib sial ditangkap serdadu Belanda,
Setelah menggeledah kampung beberapa lamanya patroli Belanda itu berangkat dengan membawa satu truk orang tawanannya. Diantaranya termasuk Bahrein.
Sepininggal patroli itu ibu itu membgwa anaknya ke kebunnya di tepi batang Agam, Ia ingin menghibur anaknya yang selalu bertanyakan ayahnya.
" Ayah kemana bu? Kapan ayah pulang?" ber tubi-tubi pertanyaan anaknya. Satupun tak dapat di jawabnya.
Isteri Bahren lalu memetik sayur-sayur di kebunnya. Karena sudah sekian lama tidak di jenguk maka buah terung sudah ber gelantungan di batangnya. Lada bermerahan di rantingnya, petola ber gayutan di tangkainya.
Tiba-tiba anaknya ber teriak-teriak,
" Papa,...papa,...!"
Ibu anak itu melihat ke kanan dan ke kiri. Tidak ada seorangpun yang datang. Tidak ada suaminya ataupun orang lain, Ia melayangkan matanya ke tengah sungai yang airnya sepagi itu agak keruh dan besar. Semalaman tadi turun hujan lebat,
Ia melihat serangkai mayat-mayat di bolak balikkan air, Yang seorang, yang ter ikat di tengah pakai baju kaos merah, celana belacu..... tak salah lagi, Itu suaminya, Itu ayah dari anaknya. Isteri itu roboh pingsan, Anaknya menjerit-jerit disampingnya. Dalam satu putaran tangan mayat ber baju kaos merah itu ter angkat keatas. Seakan-akan dia melambaikan