zaman Djepang dan Musso — Amir Sjarifuddin dalam provokasi Madiun, Djamhur — Djanizar — Amirkadir — Alex Tolewu — Rorang Pande telah menegakkan pandji² Komunisme dibawah berondongan mitraliur kontra-revolusi.
Dalam situasi penelandjangan diri kontra-revolusi dengan pemberontakan² daerahnja, berlangsung pula pemilihan umum-daerah pada tahun 1957, diseluruh Djawa, Sumatera Selatan dan Kalimantan, jang merealisasi pergeseran imbangan kekuatan jang semakin kekiri, dimana kekuatan progresif semakin berkembang dan kekuatan kepalabatu semakin merosot. Kekuatan tengah pada pokoknja tetap, tetapi di-daerah² dimana pemimpin²nja bersikap ragu² terhadap pemberontakan, mengalami kemunduran².
Berhasilnja kekuatan² bersendjata APRI bersama dengan gerilja Rakjat menumpas basis² kekuatan bersendjata pemberontak „PRRI”-Permesta dalam tahun 1958-1959, telah membikin Partai² penjokong pemberontak Masjumi-PSI mendjadi kalangkabut. Dalam segala kesempatan di-badan² resmi seperti Kementerian², Parlemen, Konstituante, dsb. Masjumi-PSI menjabot politik jang madju dari kekuatan demokratis a.l. membikin komplotan untuk menggagalkan tertjiptanja UUD negara jang baru jang demokratis. Dalam keadaan dimana konstituante gagal membikin UUD jang demokratis, walaupun disokong oleh majoritet, tetapi tidak mentjapai 2/3 dari suara, maka PKI mendjalankan politik kembali ke UUD '45, jang berarti menjetudjui pembubaran Konstituante. UUD '45, jaitu UUD Revolusi, memberikan kemungkinan² untuk tetap dapat dipertahankannja Negara Republik Kesatuan, jang demokratis dan anti-imperialis.
Melihat kedudukan kontra-revolusi jang semakin terpodjok dan dalam berantakan, imperialisme asing melalui komprador²nja berusaha mengalihkan sasaran revolusi dengan djalan menimbulkan dan membesar-
87