CC PKI dan SOBSI pada tgl. 4 Djuli 1957, mereka lantjarkan dengan maksud untuk samasekali membunuh kawan² pimpinan PKI dan kader² SB, tetapi achirnja menelandjangi diri sendiri dimuka massa Rakjat dan membikin tinggi kewaspadaan Partai dan semua kekuatan revolusioner. Segera setelah gagal dikantor CC PKI dan SOBSI mereka lakukan teror Tjikini pada tgl. 30 November 1957, dan kali ini untuk membunuh Presiden Sukarno. Tepat sekali tjanang dari PKI jang menundjukkan, bahwa penggranatan kantor CC PKI hanjalah permulaan untuk menjerang segenap kekuatan Rakjat jang demokratis jang tidak sudi akan kup² dan petualangan² militer. Presiden Sukarno selamat dan situasi makin menguntungkan kekuatan demokratis.
Udjian jang dihadapi oleh PKI di-daerah² ketika itu jalah pemberontakan kontra-revolusioner „PRRI” di Sumatera dan Permesta di Sulawesi Utara. PKI, dan kekuatan² demokratis lainnja bersama dengan angkatan bersendjata APRI mengangkat sendjata untuk melakukan perlawanan terhadap dan achirnja menumpas pemberontakan „PRRI”-Permesta. Kaum Komunis tidak hanja memberikan andil jang besar, bahkan, dibeberapa tempat kaum Komunis berdiri didepan dalam melawan reaksi. Dengan tabah mereka menghadapi teror reaksi dan siksaan² diluar perikemanusiaan jang langsung ditudjukan kepada kaum Komunis, demi untuk demokrasi, kesatuan dan kemerdekaan Republik Indonesia. PKI achirnja telah muntjul dari udjian berat itu dengan memperoleh prestise jang semakin tinggi, berkat pengorbanan dari semua pahlawan Komunis dan Rakjat. serta berkat pimpinan CC PKI jang tepat. Perdjuangan melawan fasisme „PRRI”-Permesta ini, telah ditebus dengan darah kaum Komunis dan patriot² tanah-air lainnja, berupa pembunuhan massal dan biadab terhadap anggota² dan pentjinta² PKI di Situdjuh, Atar, Simun, dllnja. Sebagaimana pahlawan² Egom — Dirdja — Hasan dalam tahun 1927, Pamudji — Azis — Sukajat di-
86