Halaman:20 Mei Pelopor 17 Agustus - Museum Dewantara Kirti Griya.pdf/44

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Turunan Daéng Kraeng Nobo.

Sangkaan, bahwa dr. Wahidin bukan seorang jang berdarah Djawa murni, sungguh benar. Salah seorang jang menurunkan dia jalah Daéng Kraeng Nobo, seorang bangsawan Mangkasar, golongan pradjurit, jang dalam djaman Mataram ke-II (Mataram-Islam) dengan pasukannja mendarat di Djawa, karena huru-hara dalam negeri di Sulawesi Selatan memaksa dia menghindarkan diri ke Djawa, untuk mentjari bantuan ketentaraan, Di Mataram Daéng Kraeng Nobo dapat menghadap Sri Sultan sendiri, jaitu Sunan Mangkurat Tegal-arum, jang ingin menggunakan tenaga sang Hulubalang Bugis itu, karena Mataram kala itu sangat terdesak oleh pasukan-pasukan pemberontakan sang Trunodjojo. Demikianlah keadaan memaksa Daéng Kraeng Nobo ikut bertempur, sebagai pemimpin Pasukan Bugis di Mataram.

Bersangkutan dengan masuknja Kraeng Nobo dalam tentara Mataram itu ditjeriterakan pula, bahwa saudara~mudanja, djuga seorang pemimpin pradjurit Bugis, bernama Daeng Aru Palaka , dan jang lebih dahulu datang ke Djawa dengan maksud jang sama, setibanja di Mataram, tidak langsung menghadap Sri Sultan, melainkan terus menjerahkan diri kepada Trunodjojo dengan sangkaan, bahwa inilah Sultan Mataram. Karena djasa-djasanja, maka kemudian Aru Palaka mendjadi anak menantu sang Trunodjojo.

Adapun Sultan Mangkurat memberi titah kepada Kraeng Nobo, untuk menarik saudara mudanja, Aru Palaka, kedalam tentara Mataram. Karena usaha itu berhasil, maka Kraeng Nobo kemudian mendapat hadiah sebidang tanah jang luas dikaki Gunung Merapi,

45