Halaman:20 Mei Pelopor 17 Agustus - Museum Dewantara Kirti Griya.pdf/13

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

kewarga-negaraan setjara modern (tak mengingati asal-kebangsaan apa, asalkan mengakui Indonesia sebagai negara dan kebangsaannja), democratis.......... pendek kata seperti sifat bentuk negara kesatuan kita Republik Indonesia sekarang. Pada 18 Agustus 1913 tiga orang pemimpin I.P. jaitu Douwes Dekker, Dr. Tjipto dan Suwardi Suryaningrat di-interneer, berturut-turut ke Timor Kupang, Banda Naira dan Bangka. Akan tetapi mereka dibolehkan meninggalkan tanah-airnja, djadi setjara „externeering” manasuka, Disinilah terdjadi peristiwa jang sangat mengharukan. Anggauta-anggauta B. U. dan Sarikat Islam, menganggap korban-korban jang pertama (sedjak 1908) itu, sebagai pengorbanan mereka sendiri. Segera mereka mengumpulkan uang untuk memungkinkan „tiga-serangkai” I.P.” (driemanschap I.P.) itu menghindarkan interneeringnja dan pergi ke-luar-negeri, agar di Nederland dapat meneruskan aksinja kearah kemerdekaan Indonesia. Begitulah DD., Tjip dan Suwardi dengan segenap keluarganja tg. 6 September 1913 dapat berangkat dari, Tandjung Priuk.

Jang mendjadi sebab pemerintah kolonial menggunakan „exorbitant-recht”-nja ialah karena Suwardi Suryaningrat menulis brosurnja „Als ik Nederlander was!” untuk memprotes akan diadakannja perajaan kemerdekaan Nederland 100 tahun (dari penindasan Perantjis dalam djaman Napoleon pada tahun 1813), untuk perajaan mana rakjat sampai didesa-desa, diharuskan mengumpulkan uang. Sambil berprotes Panitya Nasional jang didirikan oleh S. Surjaningrat di Bandung itu, menuntut adanja Parlement. |

„Indische Partij” : kemudian dilarang, lalu semua ang-

14