Halaman:20 Mei Pelopor 17 Agustus - Museum Dewantara Kirti Griya.pdf/14

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

gauta masuk kedalam organisasi jang telah mempunjai hak „rechtspersoon”, jaitu „Insulinde”, tetapi hanja untuk sementara, karena „Insulinde” bukan badan politik. Setelah dr. Tjipto dibolehkan pulang kembali pada tahun 1914 (karena sakit), maka dibentuk organisasi baru dengan nama N.I.P. (Nasional Indische Partij), partij mana pada tahun 1922 dilarang lagi oleh pemerintah kolonial. Putjuk pimpinan N.I.P, memutus :
a. tidak mendirikan partij baru; b. mengandjurkan sekalian anggautanja memasuki suatu partij kepunjaan rakjat, jang ada (B.O.P.S.I., P.K.I. dll.) atau pada umumnja ikut usaha atau berdjuang jang bersifat nasional. Tjipto meneruskan penerbitannja harian dalam bahasa Djawa „Panggugah” di Solo; DD mendirikan „Ksatryan-instituut”nja di Bandung dan Suwardi Suryaningrat „Taman-Siswa”nja di Jogjakarta.

Sesudah B.U., S.I. dan I.P., sebagai organisasi2 jang pokok, melakukan pembangunan pertama, menusul lambat laun kesedaran serta keinsjafan jang menjebabkan timbulnja „differensiasi”.

Para pemuda mendirikan organisasi-organisasi umum: „Tri-Koro-Darmo” di Djawa, jang kelak mendjadi „Jong Java”; „Jong-Sumatranenbond”, „Jong-Ambon”, „Jong-Islamietenbond” dll., jang pada tahun 1929 berfusi menjadi „Indonesia Muda”. Djiga kepanduan tumbuh dengan subur. Meskipun ada jang menjeburkan diri dalam N.I.P.V. (Nederlandsch Indische Padvinders Vereeniging), namun kebanjakan ingin mempunjai organisasi kepanduan sendiri jang nasional. Berdirilah I.N.P.O (Indonesisch Nationale Padvindersorganisasie) jang didirikan antaranja oleh sdr.

15