Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri V.pdf/46

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

jang kalah, aib, semoga kekuatanku tidak mendjadi lemah, dan semangatku tetap berkobar kobar...............Suara kentongan dikedjaunan şajup2 sampai djuga ketelinga Liem Tjiong, bunji kentongan itu menjusuri lembab di pegunungan, sehingga suaranja berombak dan menggema. Hari sudah larut malam kira2 djam 2. Liem Tjiong lalu menjelimuti seluruh tubuhnja dengan kamli, ia berusaha untuk tidur dan ngempos semangat, sebab esok hari ada hari penentuan baginja.

Tatkala ajam2 djantan dan bekisar (ajam hutan) mulai ramai berkokok saling bersabutan Liem 1jong lontjat bangun dari balai2nja, ia meringkaskan pakaian dan membawa Pok Too ja lari menuruni gunung. Belum ia sampai dikaki pegunungan itu, dari bawah telah ter dengar suara orang ber-kaok2:

“Kembalikan pikulanku, hei, awas bila ada barang2ku jang hilang, kini loayamu datang untuk meinta kembali barang2nja.”

Djelas jang ber-kaok2 itu adalah binatang buas bermuka hidjau, maka Liem Tjiong lalu mempertjepat larinja.

Segera djuga mereka saling berhadapan kembali dengan gaja stan jang mengagumkan, Liem Tjiong berdiri dengan dua tangan terbuka, satu diatas satu dibawah kaki kiri agak ditekuk sedikit, inilah kesiap siagaan jang disebut Say Tju Gui Diui atau singa membuka mulut. Yo Tjie merambat madju dengan memutar mengelilingi Liem Tjiong. ia menggunakan lakuk Tjoa Hwat atau ilmu silat ular.

Dari mulutnja terdengar kembali otjehannia : "Djangan kira kau bisa mengalahkan a-

44