Lompat ke isi

Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri IV.pdf/55

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

ngan Gudang Merang. Ia belok kekuil itu dan duduk diserambi muka, dan menenggak sedikit arak.

Belum sempat Liem Tjiong menutup kembali tutup gutji arak itu, tiba2 angin kentjang bertiup dengan dahsjatnja Pohon2 bergojang keras, seakan2 akan terbetot akar2nja, huhuuu............huahuuhuuu.....atap2 kuil tua itupun berdjeletot djeletot seakan-akan mau roboh, genteng2 banjak jang kabur dan berkerompjangan djatuh ketanah.

Langit mendjadi gelap pekat, kurang lebih setengah djam angin itu mengamuk, kemudian reda. Selama itu Liem Tjiong mendekam dilamping tembok dekat singa2an dari batu.

Setelah angin berhenti bertiup suasana mendjadi sunji lenggang, Liem Tjiong bergegas untuk menengok gudang merang, ia chawatir gudang merang itu akan runtuh karena gempuran angin jang dahsjat ini.

Benar apa jang diperkirakan oleh Liem Tjiong, gudang merang itu kini telah roboh, awut2an tak karuan, dan dari langit telah mulai turun hudjan saldju, sedjauh mata memandang nampak tebaran seperti kapuk jang dengan per-lahan2 djatuh kebumi, itulah hudjan saldju....... hawa udara dingin mentjekam. Tjelaka ! Dimana aku tidur malam ini? Hoohan kita berpikir, kemudian ia membalik balik tumpukkan merang bekas dimana ia tidur semalam, untuk mengambil pauw-

51