menjambut dengan ramah tamah terhadap Liem Tjiong.
= „Liem Koko, anggaplah kami sebagai adik²mu, djangan sungkan² memberi pekerdjaan pada kami, bila ada pakaian² jang kotor bawalah kemari, biarlah kami jang mentjutji dan menjeretikanja. Dan kalau Liem Koko perlu apa² perintahkan pada kami, biar kami jang mentjarikan dan mengusahakan.“
Njonja Lie dengan grapjak berkata pada Liem Tjiong
— „Oh, oh, aku girang sekali mendapatkan saudara jang djudjur dan bersahadja seperti kalian suami istri, sungguh aku merasa bahagia dan bisa melupakan kesedihanku. ha ha,.... ha ha... hhaah Lie Hudjin, permintaanku hanjalah, bila ada warta² dari kota Tongking, tolonglah segera beri kabar padaku. Aku teramat rindu pada orang tuaku dan istriku.....“
— „Liem Koko, pasti, pasti, bila ada surat² atau kabar dari Tongking, kami akan lari ketempatmu untuk memberitahu hahaa.“
Demikianlah, setelah Liem Tjiong dan kenalan lamanja Lie Siauw Djie hidup sebagai saudara, mereka rukun dan saling mengerti. Lie Siauw Djie sering datang ke Thian Ong Tong untuk mengirim makanan, mengambil pakaian² jang kotor dan dibawa pulang untuk ditjutjikan istrinja. Liem Tjiong sendiri sering datang kewarung Lie Siauw Djie untuk minum arak dan ngobrol....
±seminggu, dengan tiba² datanglah 2
34