dengan sengit kepada Liem Tjiong :
— „Liem Kauw Thao, harap kau melajaninja, djangan sungkan², sebah hal itu adalah permintaanja sendiri. Kalau dia djatuh biarlah tahu rasa, dan merupakan peladjaran baginja. Nah, hajo kita sama² kebelakang !”
Tjha Tjin jang sebenarnja saogat menghormati gurunja, tetapi melihat ketjongkakan jang keterlalun itu, berubahlah perasaannja. Bahkan ia mendorong Liem Tjiong supaja mendjatuhkan gurunja jang sombong itu.
Berempat mereka menjusul kehalaman belakang, tempat Liankun (berlatih silat), disana tampak beberapa alat² untuk melatih Kanghu seperti : Tjiokso, Swapauw, Tjhiankindjin, gotji pasir, untuk melatih Tjha, bambu untuk Siangkhatat, dan beberapa matjam alat sendjata. ada tombak, pedang, golok, Thiepie, rujung, toja, piauw dll.
Guru silat she Ang itu, begitu nampak Liem Tjiong datang segera membuka badju luarnja. Tangannja diletakkan dipinggang, sikapnja sangat angkuh dan merasa bahwa dirinja tidak ada jang dapat merubuhkan :
— ,.Hajo, Liem Kauw Thao, sudah siapkah kau ?” tanjanja dengan nada menghina dan memandang enteng.
Liem Tjiongpun melepaskan badju luarnja, ia tidak dibelenggu lagi setelah tiba di kota pembuangannja ini, belum selesai Liem Tjiong membuka badju luarnja, setjepat ki-
17