—„Liem Kauw Thao, harap Tjuwei tidak memasukkan kedalam hati. Guruku ini orang baru pula, baru beberapa bulan memberikan peladjaran padaku, jah, memang sifat guruku ini demikian.“
Liem Tjiong tertawa sadja, dan diwadjahnja tidak nampak perubahan apa2. Ang Kauw Su bukannja beruban sikapnja, tetapi makin sombong, ia menghampiri Liem Tjiong dan mengadjukan tantangan :
—„Aku dengar kau adalah bekas komandan keamanan kota Tong King, seorang komandan pasu memiliki bugee ang unggi, maka aku sebagai Kauw Su (Guru silat), disini, dapat bertemu, denganmu, tidak bisa tidak, kita harus mengadakan suatu Piebu ( periangan untuk men-tjoba2 siapa Jang unggul)
Harap kau tidak berkeberatan, mari, mari !“
Adjaknja dan kontan mendahului pergi kehalaman belakang, suatu tempat untuk berlatih silat.
Liem Tjiong merasa serba salah, ia adalah seorang buangan, baru bertamu ditantang berkelahi, bagaimana perasaannja, sungguh memusingkan.
Tjha Tjin achirnja merasa Keekhi (djengkel) dan panas hatinja. Ia menghormati gurunja sebagai orang tuanja sendiri, tetapi melihat sikap gurunja jang amat temberang ini, darah mudanjapun mendjadi meluap, katanja
16