bekalan.
Begitu sampai, segera menubruk tubuh Liem Tjiong dan menanggis se-djadi²nja.
“Liem Koko, kau... kau... oh....”
“Moymoy, djangan terlalu bersedih, aku dapat mendjaga diriku. Memang berat rasanja perpisahan denganmu putusan peradilan ini tak dapat kubantah, sebab²nja aku tak dapat mengadjukan 2 orang saksi, pengantar surat undangan ini Moymoy bila ada keinginanmu untuk berumah tangga lagi, Koko merelakan dengan ketulusan dan keichlasan Supaja tidak memberatkan pikiran dan kenidupanmu, kau masih muda dan bari depanmu masin tjemerlang Koko belum dapat menentukan kapan dapat kembali kekampung halaman ini lagi.........
Baik Moymoy mentjari tempat untuk bersandar, dan orang jang baik sebagai andelan .“
„Liem Koko, oh..... oh.... oh sampai kapanpun Moymoy akan tetap setia menantimu Djangan Koko berprasangka jang bukan²........ Sedikitpun Moymoy tidak menjesal bersuamikan kau, bahkan Moymoy merasa bangga dan bahagia, karena kau berdjiwa djantan dan berhati putih bersih... Koko sampai matipun aku akan tetap bersamamu”
„Liem Tjiong, Tiatia masih tjukup kuat untuk memelihara Moymoy dan ibunja, dja-
49