ngan kau berkata kata demikian. Pertjajalah akan kesetiaan putriku. Kami akan berprihatin dan menunggu sampai kau bebas dan pulang kembali kekampung halaman. Dapat kita hidup berkumpul kembali dan melandjutkan perdjoangan hidup demi keturunan kita jang mendatang...........“
„Tiatia, djangan sampai memberatkan beban Tiatia, aku bukan bermaksud mentjeraikan Moymoy, hanja kasihan akan hari depannja.“
1stri Liem Tjiong menangis terguguk-guguk, sampai tidak mampu mengeluarkan kata². Liem Tjiong mendekati kekasihnja dan dengan suara saju jang memilukan memberikan hiburan:
Moymoy, tabahkanlah hati, kuatkan tekadmu. Kita harus melihat kenjataan, djangan bimbang dan takut didalam menghadapi udjian hidup ini. Aku bukannja akan meninggalkan kau dan menjirihkanmu tetapi.... tetapi.......memberi kebebasan untuk hari depanmu. Kau masih muda belia, penantianmu akan begitu lama..........5 tahun..... adikku.......5 tahun....” Liem Tjiong lalu meminta Tang Kiauw membelikan sebatang Pit (Pena Tionghoa, terbuat dari batang bambu sebagai tangkainja, diudjungnja bulu babi ) dan selembar kertas. Kebetulan pagi hari itu sudah ada beberapa warung jang buka. Maka tidak sukarlah untuk membeli barang² ini.
Setelah Liem Tjióng menerima apa jang di-
50