Siow Pa Ong itu tidak sabaran, ia berdjalan mendahului Lauw They Kong dan begitu mengetahui dimana letak kamar temanten,-- ia segera menerobos masuk.
Tetapi betapa terkedjutnja Siauw Pa Ong, sebab tatkala ia mendekati randjang dan mengamat-amati, jang tidur diatas randjang itu bukanlah putri Lauw wangwee jang Sutjiam, tetapi seorang laki2 gundul jang badannja besar dan kekar. Siauw Pa Ong tjepat membalikan tubuhnja untuk ketuar, tetapi sebelum kakinja melangkah, setjepat kilat - Lo Tie Djim menangkap tangan kanan Siauw Pa Ong itu dengan ilmunja Beng Hauw Kun Yo atau harimau ganas menerkam kambing. Siauw Pa Ong berusaha dengan sekuat tenaga untuk melepaskannja, namun Lo Tie Djim sedikitpun tidak mau memberi kesempatan, ia berdiri dengan - tjepat dan tangan kirinja, diajunkan untuk menggampar muka radja begal gunung Thoo Hwa San itu. Plak!
Suara pukulan jang tepat mengenai Pipi itu amat keras, sehingga beberapa buah gigi telah rontok, dan dari mulut Siauw Pa Ong itu menjemburlah ludah bertjampur darah.
Lo Tie Djim dengan suara keras berkata:
„Kaukah jang akan mendjadi temanten malam ini?”
Karena tidak tahan, Siauw Pa Ong berteriak teriak:
“Tolong, tolong, toooloooong .......”
8