Lompat ke isi

Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri II.pdf/11

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Lauw Thay Kong mengundurkan diri dengan hati agak lega, ia ber-harap² tuan penolongnja nani dapat menundukkan radja begal dari Tnoo Hwa San.

Setelah Lauw Thay Kong mundur, maka, Lo Tie Djim dengan senjum² sendiri naik kerandjang temanten, ia menghirup hawa udara, semuanja menghambarkan bebauan jang harum dari minjak wangi.

Lo Tie Djim derpikir, entah kapan ia dapat melaksanakan mendirikan rumah tangga ? ? Ah, keluhnja .... bila negara belum aman, masih dibawah tjengkeraman bangsa Boantjiu, aku tak akan menikah selama hidup. . . . . .

Sedang Lo Tie Djim melamun, tiba² diluar terdengar suara banjak orang jang mengatakan ; „Temanten telah datang, temanten temanten telah datang.......“

Lo Tie Djim menenangkan dirinja dan pikirannja, ia bersiap siaga sebab detik² jang menentukan kini telah dihadapannja.

Benarlah apa jang direntjanakan oleh Hoohan kita, begitu turun dari kuda Siauw Paa ong atau radja ketjil dari gunung Thoo Hwa San itu, segera menghampiri Lauw Thay Kong dan bertanja :

” Dimana putrimu ? Sudahkah kamar temanten diantur ? ”

Lauw Thay Kong menenangkan dirinja dan mendjawab :

“Ja, sudah, mari mari saja antarkan !

7