„Kau lintah darat, hari ini Toa Ya mu datang mengadili, Perbuatanmu sungguh diluar perikemanusiaan Kau membuat banjak rakjat hidup menderita, aku tahu sendiri empek Ong Kim dan anak gadisnja, kau peras dan kau masih djuga inginkan anak perempuannja. . . . Hei sungguh lintah darat dan buaja laknat kau ! Kini terimalah pukulanku biar tahu rasa.“
Lo Tie Djim dengan kepalannja jang besar menghadjar kepala The Tao, tjelaka ! Karena terlalu bernafsu, sehingga pukulan itu terlalu keras, tidak ampun lagi kepala The Wan Gwee hantjur, darah dan otaknja berbamburan dilantai jang bersih mengkilap itu. . . . . .
Para pembantu ber-teriak² ; „The Wan Gwee dibunuh orang, The Wan Gwee dibunuh orang . . . ..“
Istri The Wan Gwe keluar sambil men-djerit² ; Tolong .... tolong . ... toloooong , . . . suamiku dibunuh orang ...,“ ia menangis sedjadi²nja.
Lo Tie Djim ambil langkah seribu, ia lari terus tanpa menengok kiri kanan.
Orang² jang akan membeli daging babi pagi hari itu bubar, seperti semut tersiram air.
Mereka pulang dan t'dak lepas mempertjakapkan peristiwa jang terdjadi dirumah The Wan Gwee.
Banjak diantara mereka jang merasa senang, sebab The Wan Gwe: banjak membuat kesengsaraan pada rakjat, Ada jang berkata ;
„Ini adalah putusan Thian, sebab perbuatan The Tao silintah darat dan buaja buntung itu telah melewati batas Sjukur, sjukur ada seorang Hohan jang berani bertindak adil dan membasmi kedjahatan . . . . . Ja, sjukur ,.. .. sjukur, sehingga anak tjutju kita tidak mengalami lagi pemerasan dan kemaksiatan . . . .
Siantjay . .. .. siantjay . . .. siantjay . . . .”
Kedjadian ini segera dilaporkan kepada pedjabat
34