was djangan sampai tjampur dengan daging, 10 Kg harus kulit babi jang bersih.”
The Wan Gwe; „Hahaha .. haha .. ha. baik² saja pilihkan kulit jang banjak lemaknja... haha...
Sambil tertawa The Wan Gwee mulai lagi mengiris iris kulitan babi, kemudian ditimbang dan kemudian ditimbang dan menundjukkan pada Lo Tie Djim.
„Tjiangkun, lihatlah aku kasih murah, timbangannja saja hangatin betul, haha . . . haha ... haha ... hahhah pesan apa lagi ?“
Lo Tie Djim dengan keras berkata lagi: „Timbangkan untuk saja 10 Kg tulang babi jang masih muda, awas djangan sampai ada daging dan kulit maupun urat2 jang menempel.”
Mendengar suara keras dari Lo Tie Djim ini, achirnja Wan Gwee itu mendjadi marah, sebab pesanannja amat gandjil, djadi terang bahwa pembelinja kali ini adalah orang jang mentjari gara².
Dengan wadjah gusar The Wan Gwee membentak
„Kau djangan main gila diwarungku ini ! Hei pe-pelajan usir orang gila ini!”
The Wan Gwee menjeruduk pada Lo Tie Djim dengan mengatjungkan bendo babinja. Tetapi Lo Tie Djim dengan tenang menantikan datangnja ajunan pisau itu, dan sekali kibas dengan menggunakan tipu tangkisan dan pukulan Kim Eng Tjie le atau Garudamas mematuk ikan, membuat pisau The Tao terlempar djauh, dan dengan tendangan Djit Gwat That atau menending rembulan dan matahari tepat mengenai perut The Wan-Gwee jang gendut itu, tidak ampun lagi The Tao jang beratnja hampir 96 Kg terbanting keras dilantai dan tidak berkutik lagi.
Lo Tie Djim belum merasa puas, ia mendekati tubuh The Tao jang jang sudah tidak berdaja itu, sambil dimulutnja mengotjeh :
33