Garuda Perdamaian/Sambutan Menteri Penerangan

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

SAMBUTAN MENTERI PENERANGAN

SEPERTI kita masih ingat, pada tanggal 31 Oktober 1956, Inggeris dan Perantjis telah membomi Kairo, Iskandaria, Port Said dan Ismailia. Alasannja ialah mentjegah supaja pertempuran antara Mesir dan Israel berhenti. Akan tetapi dengan pemboman Inggeris dan Perantjis itu, serbuan-serbuan Israel djustru menghebat.

Karena itu maka Pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Nopember 1956 mengeluarkan keterangan jang antara lain menjatakan bahwa: serbuan dan pemboman oleh Israel-Inggeris-Perantjis terhadap Mesir itu adalah suatu tindakan agressi.

Kepada Israel-Inggeris-Perantjis diserukan supaja segera menghentikan serangannja dan segera pula menarik mundur pasukan-pasukannja dari wilajah kedaulatan Republik Mesir.

Kepada negara-negara Asia-Afrika peserta konperensi Bandung Pemerintah Indonesia menjerukan supaja mengadakan usaha bersama untuk menghentikan agressi Israel-Inggeris-Perantjis itu.

Pada tanggal 4 Nopember 1956, Madjelis Umum P.B.B. menerima resolusi negara-negara Asia-Afrika tentang penghentian tembak-menembak dan penarikan kembali pasukan-pasukan asing dari wilajah Mesir. Batas waktunja ialah 12 djam terhitung mulai diterimanja resolusi itu.

Pada tanggal itu djuga disetudjui usul untuk menempatkan pasukan-pasukan Polisi P.B.B. di Mesir. Dan pada tanggal 8 Nopember 1956, Pemerintah Indonesia memutuskan: ikut serta dalam pasukan-pasukan. Polisi P.B.B. di Mesir itu. Dengan ketentuan, bahwa ikut sertanja itu adalah didasarkan atas pengertian bahwa pasukan-pasukan polisii itu bertugas semata-mata untuk memelihara perdamaian di Timur Tengah dan tidak akan bersifat suatu tjampur-tangan kedalam urusan-urusan dalam negeri dinegara dimana pasukan-pasukan tersebut ditempatkan.

Dengan memperhatikan tjatatan singkat tentang iklim internasional dimana T.N.I. untuk pertama kalinja harus turut serta melaksanakan tugas memelihara perdamaian diluar perbatasan tanah airnja, dapatlah kita turut merasakan, betapa Pasukan Garuda harus benar-benar memusatkan segenap kesungguhannja. Terlebih lagi apabila diingat, bahwa pada saat hendak berangkat tempo hari, iklim ditanah air pun mulai terasa hangat. Dan disamping itu, Presiden/Panglima Tertinggi dalam amanat tanggal 30 Desember 1956 mengatakan: „Saudara-saudara hendak berangkat. Saudara membawa nama Indonesia itu!”

Kemudian ternjata, bahwa Pasukan Garuda kita itu dapat menunaikan tugas jang dipikulkan kepadanja dengan sebaik-baiknja.

Dengan mengutjap sjukur kepada Tuhan Jang Maha Esa, kita merasa bangga karenanja. Dan saja pertjaja, kebanggaan kita ini akan terus terpelihara sebaik-baiknja dan akan merupakan unsur berharga untuk perkembangan T.N.I. selandjutnja.

Djakarta, 30 September 1957.

Menteri Penerangan,

(SOEDIBJO).


RALAT

Halaman 4 baris ke-13 dari atas.
saudara hendak berangkat. Saudara membawa nama Indonesia itu!”
Seharusnja:
saudara hendak berangkat. Saudara membawa nama Indonesia.
Djaga nama Indonesia itu!”